Pages

RSS
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

MATERI BAHASA INDONESIA BAGIAN 1

( 1 )
RESENSI
Menulis resensi merupakan proses menuangkan atau memaparkan nilai sebuah hasil karya atau buku berdasarkan tataan tertentu. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pertimbangan baik–buruknya, cermat–cerobohnya, benar-salahnya, kuat-lemahnya, dan manfaat-mubazirnya suatu topic buku.

Pada dasarnya, keterampilan menulis resensi tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Selain itu, menulis resensi merupakan suatu proses perkembangan. Seperti halnya, dengan kegiatan menulis pada umumnya, menulis resensi menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, dan keterampilan-keterampilan khusus, serta pengajaran langsung menjadi seorang peresensi.

http://longjournal.wordpress.com/2008/05/08/menuis-resensi-1/

Resensi merupakan salah satu bentuk tulisan jurnalistik yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan memberi pertimbangan kepada pembaca mengenai sebuah buku yang diterbitkan. Secara sederhana, resensi dapat dianggap sebagai bentuk tulisan yang merupakan perpaduan antara ringkasan dan ikhtisar berisi penilaian, ringkasan isi buku, pembahasan, atau kritik terhadap buku tersebut. Resensi memiliki bagian-bagian penting di dalamnya, di antaranya judul resensi, identitas buku, bagian pembuka resensi yang memaparkan kepengaran, tema, olongan buku, isi atau tubuh resensi yang memaparkan ikhtisar, ulasan serta kutipan, dan kelemahan juga kelebihan buku, dan bagian penutup.

Mendefinsikan resensi secara bahasa sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku, kiktikan, dan memberi dorongan kepada khalyak kabar atau majalah. (WJS.Poerwadarminta dalam Romli 2003)

Pendapat berbeda diungkapkan oleh Saryono (1997) mengenai definisi resensi, yaitu sebuah tulisan berupa esai dan bukan merupakan bagian suatu ulasan yang lebih besar mengenai sebuah buku. Isinya adalah laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya, kuat-lemahnya, bermanfaat-tidaknya, benar-slahnya, argumentative-tidaknya buku tersebut. Tulisan tersebut didukung dengan ilistrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku atau foto copi sampul buku.

http://longjournal.wordpress.com/2008/05/08/menulis-resensi-1/

Pola atau Macam-macam dalam meresensi buku :
Dalam menulis resensi, peresensi perlu memperhatikan pola atau macam-macam tulisan resensi. Ada tuga pola tulisan resensi buku, yaitu meringkas, menjabarkan, dan mengulas. Meringkas (sinopsis) berarti menyajikan semua persoalan buku secara padat dan jelas. Menjabarkan berarti mendeskripsikan hal-hal menonjol dari sinopsis yang sudah dilakukan. Bila perlu bagian-bagian yang mendukung uraian dikutip. Mengulas berarti menyajikan ulasan sebagai berikut :
1. Isi pernyataan atau materi buku sudah dipadatkan dan dijabarkan kemudian diinterprestaikan,
2. Organisasi atau kerangka buku,
3. Bahasa,
4. Kesalahan cetak,
5. Komparasi dengan buku-buku sejenis, baik karya pengarang sendiri maupun pengarang lain,
6. Menilai, mencakup kesan peresensi terhadap buku terutama keunggulan dan kelemahan buku.

http://longjournal.wordpress.com/2008/05/08/menulis-resensi-1/

Unsur-unsur Resensi :
Resensi yang merupakan salah satu bentuk tulisan jurnalistik populr tetep mempunyai aturan-aturan penulisan. Aturan tersebut didasarkan pada unsur-unsur yang membangun resensi buku.Unsur tersebut menurut samad (1997) meliputi judul resensi, data buku, pendahuluan, tubuh atau isi pernyataan, dan penutup.

1 .Judul resensi haruslah selaras dengan keseluruhan isi resensi dan tentu saja menarik
2. Data buku terdiri dari :
- Judul buku,
- Pengarang,
- Penerbit
- Tahun terbit beserta cetakannya,
- Tebal buku,
- Harga buku (jika diperlukan).
3. Unsur tubuh resensi merupakan suatu bagian inti dari suatu resensi. Bagian ini memuat diantaranya :
- Sinopsis atau isi buku secara benar dan kronologis,
- Ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya,
- Keunggulan buku,
- Kelemahan buku,
- Rumusan buku,
- Tinjauan bahasa,
- Adanya kesalahan cetak.
4. Terakhir, unsur penutup resensi biasanya berisi buku itu penting untuk siapadan mengapa.
http://longjournal.wordpress.com/2008/05/08/unsur-unsur-resensi/

Sementara itu, Romli (2003) berpendapat bahwa resensi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Pada bagian pendahuluan, peresensi memberikan informasi mngenai identitas buku yang meliputi judul, penulis, penerbit, dan tahun terbitnya, jumlah halaman, harga buku jika diperlukan,. Kemudian bagian kedua bersi ulasan tema atau judul buku, paparan singkat isi buku (mengacu kepada daftar isi) atau gambaran tentang keseluruhan isi buku, dan informasi tentang latar belakang serta tujuan penulis buku tersebut.

http://longjournal.wordpress.com/2008/05/08/unsur-unsur-resensi/



( 2 )
FAKTA DAN PENDAPAT DALAM IKLAN
Tugas Bahasa Indonesia
Iklan
Kelompok 6
Ketua : Sarah Azizah
Divika Normalitasari
Mutia Salma Khoirunisa
Kiki Oktafiani
Regina Putri
Septi Intan
Ananda Noor Kirana
Kelas : 9.3

1. PENGERTIAN IKLAN
a. Suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan.
b. Berita atau pesan yang mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang digunakan.
2. PENGERTIAN OPINI
a. Adalah pendapat umum yang menunjukkan sikap sekelompok orang terhadap suatu permasalahan.
b. Adalah unsur –unsur pandangan, perspektif dan tanggapan masyarakat mengenai suatu kejadian keadaan dan desas desus tentang peristiwa-peristiwa tertentu
3. PENGERTIAN PENDAPAT
a. Untuk mendapatkan gambaran tentang pandangan-pandangan suatu populasi dengan mengajukan serangkaian pertanyaan kepada beberapa orang yang dianggap mewakili populasi dan kemudian menyimpulkan jawaban-jawabannya sebagai gambaran dari kelompok yang lebih luas.
4. PENGERTIAN FAKTA
a. Fakta adalah keadaan, kejadian atau peristiwa yang benar dan bisa dibuktikan. Termasuk di dalamnya ucapan pendapat atau penilaian orang atas sesuatu.
5. PENDAPAT TENTANG IKLAN
a. Untuk mendapatkan gambaran tentang pandangan-pandangan suatu populasi dengan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan kepada beberapa orang yang dianggap mewakili populasi dan kemudian menyimpulkan jawaban-jawabannya sebagai gambaran dari kelompok yang lebih luas.

Pengertian iklan menurut beberapa sumber

• Pengertian iklan menurut http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/ikom/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-51402124-4934-kompas-chapter2.pdf
Iklan adalah salah satu bentuk promosi non pribadi tentang ide, barang dan jasa yang di bayarkan olesh sponsor tertentu.bentuk kegiatan promosi ini merupakan cara komunikasi yang bersifat umum, menimbulkan kesan yang luas dan mendalam di masyarakat, bersifat menolog dan tidak bersifat dialog kepada konsumen.

• Pengertian iklan menurut http://www.iklansiapa.com/artikel/definisi-iklan.html
Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan.
• Pengertian iklan menurut http://www.iklankoran.net/pengertian_atau_iklan.htm
Iklan adalah promosi barang, jasa, perusahaan dan ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Pemasaran melihat iklan sebagai bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk publisitas, relasi publik, penjualan, dan promosi penjualan.

• Pengertian iklan menurut http://www.blogtopsites.com/outpost/fdbdf8175288d87bdfb6b52c593ddf1a
Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang calon pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, untuk memenangkan dukungan publik agar berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan.

• Pengertian iklan menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Iklan
Iklan adalah promosi barang, jasa, perusahaan dan ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Pemasaran melihat iklan sebagai bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk publisitas, relasi publik, penjualan, dan promosi penjualan.

Pengertian pendapat/opini menurut beberapa sumber

• Pengertian pendapat/opini menurut http://astaqauliyah.com/article/opini-adalah.html
Pendapat/Opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
• Pengertian pendapat/opini menurut http://fanderlart.wordpress.com/2007/12/31/opini/
Pendapat/Opini adalah suatu bentuk apresiasi terhadap segala bentuk yang mampu dicerna oleh pikiran dan hati manusia baik secara utuh maupun secara tidak utuh
• Pengertian pendapat/opini menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Opini
Pendapat/Opini adalah pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan pemastian atau pengujian, Dapat pula merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku di masa depan dan kebenaran atau kesalahannya serta tidak dapat langsung ditentukan misalnya menurut pembuktian melalui induksi.


• Pengertian pendapat/opini menurut http://rakamu-1.blogspot.com/2007/11/gagasan-utama-menyusun-pertanyaan-fakta.html
Pendapat/Opini adalah pendapat, pikiran, atau pendirian seseorang tentang sesuatu atau dapat menjawab pertanyaan bagaimana.
• Pengertian pendapat/opini menurut http://www.scribd.com/doc/25009216/Fakta-Dan-Opini
Pendapat/Opini merupakan persatuan (sintesis)
pendapat-pendapat yang banyak; sedikit banyak harus didukung orang banyak
baik setuju atau tidak setuju; ikatannya dalam bentuk perasaan/emosi; dapat
berubah; dan timbul melalui diskusi sosial.
• Pengertian pendapat/opini menurut http://om15.wordpress.com/2008/02/09/fakta-dan-opini/
Pendapat/Opini adalah suatu informasi yang berupa pendapat, pikiran, pandangan, atau pendirian seseorang atau masyarakat (publik).

Pengertian fakta menurut beberapa sumber
• Pengertian fakta menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Fakta
Fakta (bahasa Latin: factus) adalah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia.
• Pengertian fakta menurut http://www.scribd.com/doc/25009216/Fakta-Dan-Opini
Fakta adalah keadaan, kejadian, atau peristiwa yang benar dan bisa dibuktikan. Termasuk di dalamnya ucapan pendapat atau penilaian orang atas sesuatu.
• Pengertian fakta menurut http://rakamu-1.blogspot.com/2007/11/gagasan-utama-menyusun-pertanyaan-fakta.html
Fakta adalah hal yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada, terjadi dan ada buktinya. Misalnya: ada benda, orang, waktu, tempat, peristiwanya, jumlahnya, atau dapat menjawab pertanyaan dengan kata tanya apa, siapa, kapan, di mana, atau berapa.
• Pengertian fakta menurut http://om15.wordpress.com/2008/02/09/fakta-dan-opini/
Fakta adalah suatu informasi tentang suatu kejadian atau keadaan yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang benar-benar ada.
• Pengertian fakta menurut http://pencintakucing.blogspot.com/2009/08/fakta-dan-opini.html
Fakta adalah keadaan, kejadian, atau peristiwa yang benar dan bisa
dibuktikan. Termasuk di dalamnya ucapan pendapat atau penilaian orang atas
sesuatu.
Opini tentang iklan rokok
"Iklan rokok adalah penipuan kepada masyarakat karena tidak mengungkapkan fakta yang sebenarnya," ujar pengurus harian YLKI, Tulus Abadi, di Jakarta.
Menolak tayangan iklan yang bintangi grup band Nidji tersebut. Pasalnya, dengan iklan tersebut, sama saja mengajak anak-anak muda kita untuk akrab dengan rokok. Padahal, sudah jelas dalam dunia medis, rokok amat buruk bagi kesehatan. Setidaknya mengandung 4000 zat kimia berbahaya. Beberapa diantaranya menyebabkan kanker.
Lantas, bagaimana dengan iklan rokok Nidji itu? Sudah jelas, kemunculannya menghambat “perjuangan” yang dilakukan oleh “Masyarakat Peduli Bahaya Tembakau” tersebut. Iklan rokok Nidji berbahaya secara kultural. Ia dengan gesit menyelinap disela-sela program tayangan televisi. Seolah tak berpengaruh apa-apa. Tapi jangan salah, tetap saja berpotensi merasuk dalam benak khalayak.
Saya kira, dari kasus ini kita bisa belajar akan bahaya kultural dari iklan rokok, apalagi dibintangi oleh group band yang menjadi idola anak-anak muda. Dalam kesepakatan internasional industri rokok dunia, bahkan sudah melarang menggunakan artis atau selebritis sebagai bintang iklan demi membatasi sosialisasi untuk mengkonsumsi rokok.
Di Indonesia, saya kira perlu juga diterapkan aturan serupa. Fakta-fakta tentang rokok yang dikutip diatas sudah cukup menjadi alasan bagi kita untuk ikut peduli terhadap aturan dan tata kelola peredaran rokok. Singkatnya, iklan rokok versi Nidji perlu dihentikan. Mungkin terlalu menyakitkan pihak Nidji dan produsen rokok, tapi apa boleh buat. Melindungi anak-anak muda dari racun tembakau adalah lebih utama. Sebuah pilihan tegas yang secara sadar perlu kita ambil.
Sudaryono Achmad, kolumnis, tinggal di Jakarta. http://qnoyzone.blogdetik.com/index.php/2009/03/01/opini-bahaya-iklan-rokok-nidji/
Pendapat MenKes Tentang Iklan Rokok
Merokok Haram, MenKes akan melarang Iklan Rokok
JAKARTA ( suara karya ) Majelis tarjih dan pimpinan pusat muhammadiyah mengeluarkan fatwa haram merokok. Alasannya, kebiasaan merokok memiliki dampak negative dalam bidang kesehatan, social, ekonomi. Efek buruknya berdampak terhadap kesehatan masyarakat di Indonesia.
Ketua pimpinan pusat muhammadiyah, Yunahar Ilyas yang membidangi Tarjih, di Jakarta, Selasa (9/3), menjelaskan, dampak negative merokok mulai dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, tidak hanya oleh perokok. “karena itu, muhammadiyah mrasa perlu mengingatkan kepada masyarakat pada bahaya tersebut.” Kata Yunahar Ilyas. Yunahar menambahkan, dengan dikeluarkan fatwa Haram merokok ini, berarti fatwa 2005 telah berakhir.
Sebelumnya, pada 2005, majelis tarjih terlebih dahulu mengeluarkan fatwa yang berbunyi, merokok hukumnya mubah, yang berarti boleh dikerjakan, tapi kalau ditinggalkan lebih baik.

Fakta tentang iklan rokok
• Berbeda dengan produk legal lainnya, rokok mengandung 4000 bahan kimia, 69 diantaranya bersifat karsinogenik. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah membuktikan bahwa mengkonsumsi tembakau menyebabkan penyakit dan kematian. Konsumsi tembakau membunuh 1 orang setiap 10 detik (WHO 2002, The Tobaco Atlas). Di Indonesia konsumsi tembakau membunuh 427.498 jiwa pada tahun 2001 (soewarta kosen). Sama halnya dengan minuman keras yang berdampak buruk bagi kesehatan, minuman keras TIDAK DIIKLANKAN dan TIDAK DIPROMOSIKAN. Maka, layakkah rokok yang menyebabkan konsumennya sakit dan mati DIIKLANKAN dan DIPROMOSIKAN???
• Rokok mengandung nikotin yang bersifat ADIKTIF. Sementara industry rokok tahu betul komoditas yang diperdagangkannya itu ADIKTIF, industry rokok secara massif MENGIKLANKAN dan MEMPROMOSIKAN rokok kepada remaja, pihak pihak yang masih rentan yang masih dalam proses pencarian jati diri.
• Hal ini tidaklah benar. Berbagai studi penelitian membuktikan bahwa iklan rokok turut mendorong anak untuk mencoba-coba merokok hinga pada akhirnya mereka menjadi perokok tetap.
• Penelitian dampak keterpajanan iklan rokok dan kegiatan yang disponsori industry r rokok terhadap Aspek Kognitif, Afektif dan perilaku merokok pada remaja yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka bersama Komisi Nasional Perlindungan Anak membuktikan bahwa iklan, promosi, sponsor rokok, yaitu:
1. Menimbulkan keinginan remaja untuk memulai merokok
2. Mendorong perokok remaja untuk terus merokok
3. Mendorong remaja yang telah berhenti merokok kembali merokok
• Di luar negeri, laporan US Surgein General menyimpulkan bahwa iklan rokok meningkatkan konsumsi melalui beberapa cara, yaitu:
1. Menciptakan norma bahwa rokok adalah baik dan biasa
2. Mendorong anak-anak untuk mencoba merokok
3. Mengurangi motivasi perokok untuk berhenti merokok
4. Mengurangi peluang siklus terbuka tentang bahaya rokok karena adanya pendapat iklan dari rokok
10 Fakta-fakta rokok di Indonesia
Berikut beberapa fakta terkait dengan rokok yang ada di Indonesia
Fakta 1:
Jumlah rokok dan perokok di Indonesia
Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia dalam hal jumlah perokok. Sekitar 60 juta penduduk Indonesia merokok. Kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok tiap tahun mencapai 429.948 orang atau 1.172 orang oer hari (Profil Tembakau Indonesia,2007). Bahkan, kerugian akibat rokok melebihi pendapatan cukai. Tahun 2005 cukai sebesar Rp 32,6 trilyun dari rokok tetapi biaya pengobatan penyakit akibat rokok mencapai Rp.167 trilyun atau 5 kali lipat cukai rokok. Konsumsi rokok tahun 2008 mencapai 240 miliar batang per hari atau 658 juta batang per hari (tempo interaktif,2009). Ini berarti 330 Miliar “dibakar” oleh perokok Indonesia dalam sehari!
Fakta 2: Persentase dari perokok di Indonesia
Percaya atau tidak, prevalensi perokok terus menaik dari tahun ke tahun di Indonesia. Pada tahun 1995 terdapat 27% dewasa dan 7,1 % remaja umur 15-19 tahun yang merokok, bandingkan kenaikannya dengan tahun 2004 yang perokok dewasanya sebesar 34,4 % dengan remaja umur 15-19 tahun yang merokok sebesar 17,3% (data dari Fact Sheet TCSC ISMKMI). Data susenas tahun 2004 menunjukkan bahwa hampir 70% laki-laki berpendidikan rendah adalah perokok. Pengetahuan kesehatan keluarga miskin yang berpendidikan rendah inilah yang tampaknya menjadi penyebabnya.
Fakta 3: Harga dan Cukai rokok di Indonesia.
Harga rokok di Indonesia sangat rendah karena cukai yang dikenakan sangat rendah (yakni 38% terendah setelah kamboja), sehingga konsumsi rokok meningkat. Hal ini bisa dibandingkan dengan harga jual rokok Marlboro pada tahun 2008 yang di Singapura berharga USD 8.64, di Malaysia USD 2,56 sementara di Indonesia hanya USD 1,01 (data dari Fact Sheet TCSC ISMKMI). Rokok juga menjadi pengeluaran terbesar kedua bagi para rakyat Indonesia. Pada data di Lembaga Demografi FE UI tahun 2006 tercatat pengeluaran rokok sebesar 11,89%, setengahnya dari pengeluaran terhadap padi-padian yang mencapai 22,10%, namun lebih tinggi daripada Listrik, telepon dan BBM yang sebesar 10,95 % serta lebih tinggi dari pada Sewa dan Kontrak yang mencapai 8,82%.
Fakta 4 : Peningkatan cukai tembakau tidak akan mengurangi pendapatan negara.
Penerimaan cukai tembakau meningkat 29 kali lipat dari Rp 1,7 trilyun menjadi Rp. 49,9 trilyun dari tahun 1990-2008. Ini bukti bahwa kenaikan tingkat cukai tembakau yang dilakukan pemerintah efektif untuk meningkatkan penerimaan negara. Dengan fakta ini, mitos bahwa peningkatan cukai tembakau akan mengurangi penerimaan negara dapat terbantahkan. Ironisnya, kontribusi cukai ini terhadap total penerimaan negara menurun menjadi 5,2% pada tahun 2008. Peningkatan cukai sebesar 2 kali lipat akan menambah
1. Pendapatan masyarakat sebesar Rp. 491 Milyar
2. Output perekonomian sebesar Rp. 333 Milyar
3. Lapangan kerja sebanyak 281.135
Dilain sisi, peningkatan cukai menjadi 57%, maka:
1. Jumlah perokok akan berkurang 6,9 juta orang
2. Jumlah kematian terkait rokok turun 2,4 juta
3. Penerimaan negara dari cukai tembakau bertaambah dengan Rp. 50,1 trilyun.
(Sumber : Lembaga Demografi FE-UI)
Fakta 5 : Perokok pasif di Indonesia
Dari data Susenas tahun 2004, 71 % keluarga mempunyai satu perokok, 84 % perokok berusia 15 tahun ke atas. Merokok di rumah membuat anggota keluarga lainnya menjadi perokok pasif yang 3 kali lebih berisiko daripada perokok itu sendiri. Berdasarkan data pada tahun 2004, perokok pasif terbesar di Indonesia adalah perempuan (66 %).
Fakta 6 : Iklan rokok
Iklan, promosi dan sponsor rokok adalah strategi pemasaran ampuh untuk mempengaruhi anak dan remaja. Berdasarkan studi UHAMKA dan Komnas Anak pada tahun 2007 terdapat 99,7% anak melihat iklan rokok di televisi, 68% berkesan positif pada Iklan rokok, serta 50% lebih percaya diri seperti di Iklan.
Fakta 7: Rokok dan pertanian tembakau
Produksi rokok yang terus meningkat 7x dari 35 ke 235 Milyar batang selama 1961-2005 mengindikasikan pemenuhan suplai dari tembakau Impor. Pertanian tembakau lokal pun bukan menjadi penghasil utama tembakau, hal ini ditunjukkan dengan nilai ekspor netto (nilai ekspor dikurangi nilai impor) pada rentang waktu 2001-2005 yang minus USD 27-48 juta, atau rata-rata USD 35 juta per tahun.
Fakta 8 : Pengendalian konsumsi rokok tidak akan mematikan petani tembakau
Seperti industri rokok, pengendalian konsumsi rokok tak akan mematikan petani tembakau. Bila kebutuhan industri rokok akan tembaku berkurang, yang terkena dampaknya adalah importir tembakau. Hal ini dikarenakan karena produksi nasional tembakau pada tahun 2007 berjumlah 164.851, ekspor tembakau 46.834, kebutuhan industri 187.759, sementara impor berjumlah 69.742 (37%). Berarti baru 37 tahun lagi petani tembakau akan terancam.
Fakta 9: Pengendalian konsumsi rokok tidak akan mematikan industri rokok
Di negara maju, tak ada industri rokok yang tutup karena pengendalian konsumsi rokok. Di Indonesia, belum ada peraturan pengendalian tembakau, namun sudah ada industri yang bangkrut karena tak mampu menyaingi industri rokok yang besar dan multinasional.
Fakta 10: Pengendalian konsumsi rokok mengurangi pendapatan negara dari cukai rokok?
Rokok adalah produk inelastis dan adiktif, ini berarti rokok akan terus dibeli jika harganya terjangkau. Bila harganya tinggi, pendapatan cukai akan naik dan penduduk miskin mengurangi konsumsi. Berkurangnya konsumsi rokok tentu akan mengurangi peneluaran negara dan rakyat untuk mengobati penyakit akibat rokok yang sebesar Rp 167 triliun.
Apapun alasannya, apapun mitosnya, apapun faktanya, merokok tetaplah buruk untuk manusia. Hentikan rokok sekarang juga!
http://recyclearea.wordpress.com/2010/04/23/10-fakta-fakta-rokok-di-indonesia/

Analisis Fakta dan Pendapat dalam Iklan
http://www.google.co.id/imglanding?q=iklan%20im3&imgurl=http://kotamobagu.files.wordpress.com/2008/03/m3-480.jpg&imgrefurl=http://javakios.blogspot.com/2008_04_01_archive.html&usg=__q3RJJ0qaEcE9vqiI0aA_W6K0l40=&h=1024&w=692&sz=115&hl=id&itbs=1&tbnid=6pErasfM-8r8_M:&tbnh=150&tbnw=101&prev=/images%3Fq%3Diklan%2Bim3%26start%3D40%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26sa%3DN%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26gbv%3D2%26ndsp%3D20%26tbs%3Disch:1&start=36&client=firefox-a&sa=N&rls=org.mozilla:en-US:official&gbv=2&ndsp=20&tbs=isch:1#tbnid=6pErasfM-8r8_M&start=40

Fakta dan pendapat dari contoh iklan tersebut adalah :
Fakta :
1. Gratis 10 SMS setiap kirim 10 SMS ke semua operator
2. Rp. 40/SMS seharian ke Im3/ Mentari/ Matrix/ Starone dengan super voucher 200 SMS
3. Gratis SMS ke 2 nomor Im3/ Mentari/ Matrix/ Starone dengan nelpon Rp.2000
4. Nelpon Rp.8/ detik untuk 60 detik pertama
5. Nelpon Rp.0,000000000..1/ detik. Berlaku ke sesama Indosat dari mulai pukul 23.00-10.59
6. GPRS dan 3G Rp.1,1
7. Berlaku untuk seluruh Pulau Jawa

Opini :
1. Nelpon murah banget
2. SMS murah banget
3. GPRS dan 3G murah banget
4. Sinyal kuat
5. Layanan memuaskan
6. Paket Hebat
http://www.google.co.id/images?q=iklan+rokok+pacar+posesif&btnG=Telusuri&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&gbv=2&tbs=isch%3A1&sa=2
Fakta dan pendapat dari contoh iklan trsebut adalah :

Fakta :
1. Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin
Opini :
1. Dimana ?
2. Ngapain ?
3. Sama Siapa ?
4. Pacar Posesif ?
5. Enjoy aja !

CONTOH SOAL TENTANG FAKTA DAN PENDAPAT BESERTA PEMBAHASANNYA

1. Terminal dikatakan mampu member pelayanan jika memenuhi kebutuhan penumpang(1).Didalam terminal itu tersedia angkutan penumpang(2).Disamping itu terdapat juga fasilitas umum seperti toilet dan tempat istirahat calon penumpang(3)Kendaraan dalam terminal berjajar menempati area yang tersedia(4)
Kalimat yang berisi pendapat dalam paragraph tersebut terdapat pada nomor…
a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
Pembahasan:
Kalimat pertama menjelaskan pendapat karena kemungkinan kebenaran.Kata mampu dan jika pada kalimat tersebut sebagai cirri yang menunjukkan kalimat tersebut bersubjektif tinggi.Kalimat kedua sampai kalimat keempat berisi fakta karena terdapat informasi yang merupakan data
Jawaban : a

2. Tenaga listrik pertama kali ditemukan oleh Thomas Alfa Edison pada tahun 1879(1).Saat itu ia berhasil menemukan bola lampu pijar yang sangat terkenal sampai ke seluruh dunia(2).Saat itu Thomas Alfa Edison berumur 17 tahun(3).Penemuan listrik tersebut sangat terasa manfaatnya oleh semua Negara termasuk Indonesia(4).Jika hal itu tidak terjadi mungkin di Indonesia listrik tidak masuk ke pelosok desa(5).
Kalimat berisi fakta pada paragraph tersebut ditandai nomor…
a. 1 dan 3 c. 2 dan 5
b. 2 dan 4 d. 4 dan 5
Pembahasan:
Fakta adalah keadaan, kejadian dan peristiwa yang benar dan bisa dibuktikan. Fakta biasanya ditandai oleh hadirnya data berupa angka misalnya dalam contoh: pertama kali…1879,(kalimat 1),…berusia 17 tahun…(kalimat 2)
Jawaban: a

3. Udara di Bogor terasa dingin (1) kali ini dinginnya melebihi hari-hari biasanya (2) Dinginnya suhu udara Bogor mencapai 24 derajat celcius (3) Data tingkat suhu udara ini terdapat di papan informasi pengukur suhu di jalan-jalan besar di kota Bogor
Dua kalimat pendapat pada teks tersebut ditandai dengan nomor…
a. 1 dan 2 c. 2 dan 3
b. 1 dan 3 d. 2 dan 4
Pembahasan:
Kalimat pendapat merupakan kalimat berisi pendapat dan bersifat subjektif yang memiliki lebih dari satu kemungkinan kebenaran data sesuai teks. Contoh pada soal: terasa…(kalimat 1),dan melebihi sebelumnya…(kalimat 2)
Jawaban : a

4. Pemerintah kembali menurunkan harga bahan bakar (BBM) terutama jenis premium bersamaan dengan penurunan harga premium untuk kedua kalinya. Harga bahan bakar jenis solar pun ikut diturunkan harga minyak dunia yang terus merosot mendorong munculnya kebijakan penurunan BBM.
Letak fakta pada tajuk tersebut adalah…
a. Paragraph 1 c. paragraph 3
b. Paragraph 2 d. paragraph 4
Pembahasan:
Fakta adalah keadaan, kejadian dan peristiwa yang benar dan bisa dibuktikan. kebenarannya fakta biasanya ditandai oleh hadirnya data berupa angka fakta dalam contoh: harga premium dan solar diturunkan.
Jawaban : a

5. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran nafas dengan gejala berupa batuk dan sesak nafas yang timbul berulang kali(1). Di Indonesia pravalensi asma pada 2001 sebesar 5,4% dan khusus di Jakarta, pravalensinya lebih tinggi yakni 7,5%(2) peningkatan itu terjadi karena kurang optimalnya peñata laksanaan asma(3) saat ini telah muncul obat asma dalam bentuk inahaler yang memberikan hasil memuaskan karena mampu mengontrol asma dan mengurangi frekuensi kekambuhan penyakit tersebut(4) sayangnya harga obat itu masih mahal sebab biaya teknologi pembuatan obat semprot masih mahal
Opini yang sesuai dengan paragraph tersebut terdapat pada nomor…
a. 1 c. 3
b. 2 d.5
Pembahasan:
Opini merupakan pendapat yang gagasannya masih ada dalam pikiran dan peristiwanya belum terjadi sedangkan fakta merupakan sesuatu yang telah terjadi kalimat 1-4 tersaji dalam paragraph tersebut merupakan fakta & kalimat sebagai opini kata kunci yang mencirikan opini antara lain ditandai dengan penggunaan kata sayangnya, sebaiknya, seharusnya,belum dll.


( 3 )
SYAIR
SYAIR
Pengertian Syair
Macam-macam Syair
Unsur-unsur Syair
Contoh syair

Penyusun :
• Fira Nila Akbari (18)
• Irma Widya (23)
• Mega Syintia (24)
• Merry Silvia (25)
• Muthia Oktaviani (31)
• Mutiara Anata Soraya (32)
• Nyoman Ratih W. (33)


PENGERTIAN SYAIR
Syair adalah salah satu jenis puisi lama. Ia berasal dari bahasa Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan islam. Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti perasaan. Kata syu’ur berkambang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam pengertian umum. Syair dalam kesusastraan.

CIRI-CIRI SYAIR :

a. setiap bait terdiri dari 4 baris
b. setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata
c. bersajak a-a-a-a
d. isi semua tidak ada sampiran
e. berasal dari Arab

syair berasal daripada Arab, artinya dalam bahasa Melayu ialah penyair. Syair dalam pengertian puisi dalam bahasa Arab disebut Qasidah atau sihir. Sampai sekarang istilah qasidah itu masih popular di kampong-kampung yang gemar akan gambus Arab atau nyanyian-nyanyian dalm bahasa Arab dengan nama qasidah.
Panjang syair sama dengan panjang pantun, baik kalimat maupun jumlah suku katanya yang terdiri daripada empat kalimat, masing-masing sejumlah delapan hinga sebelas suku kata. Umumnya sajak sama keempat baris itu: a,a,a,a tetapi juga yang bersajak a,b,a,b seperti pantun.
Pada zaman modern ini, manusia sudah banyak yang mempunyai selera yang kritis terhadap sesuatu hasil seni sastera, syair dalam bentuk lama itu tidak mampu lagi mewakili degupan jiwa mereka. Syair modern tidak mengutamakan sajaknya, tetapi pilihan kata teknik dan isinya. Dilihat dari isinya, syair hamper sama dengan prosa , ada yang berupa hikayat, roman percintaan, dongeng dan sejarah, ratapan dan pendidikan. Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. biasanya terdiri dari 4 baris,berirama aaaa, ke 4 baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud).
Sumber :
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/11/11/syair-pengertian-dan-contoh/
www.wikipedia.com
www.forumdiskusi.com

UNSUR-UNSUR SYAIR
Unsur itu meliputi tema,isi,pesan,rima,jumlah suku kata,jumlah baris , dan jumlah bait dalam syair. Untuk membantu dalam menganalisis syair, bacalah kembali ciri-ciri syair pada pembelajaran lalu.
Dengarkan pembacaa penggalan syair berikut ini !

SYAIR KEN TAMBUHAN
(cerita panji)
Lalulah berjalan Ken Tambuhan
Diirngkan penglipur dengan tadahan
Lemah lembut berjalan perlahan-lahan
Lakunya manis member kasihan
Tunduk menangis segala puteri
Masing-masing berkata sama sendiri
Jahatnya parangai permaisuri
Lakunya seperti jin dan peri

Perhatikan bait 1 penggalan syair di atas !
Lalulah berjalan Ken Tambunan : terdiri atas 10 suku kata
Diiringkan pengliur dengan tadahan : terdiri atas 12 suku kata
Lemah lembut berjalan perlahan-lahan : terdiri atas 12 suku kata
Lakunya manis memberi kasihan : terdiri atas 11 suku kata
Jika dilihat pola persajakan adalah aaaa, setiap bait terdiri atas 4 baris, setiap baris terdiri atas 4 kata, dan keempat barisnya merupakan isi.
Sumber :
http://www.crayonpedia.org/mw/penganalisisan_Unsur-Usur_syair_9.1
http://hartathi.tripod.com/syair1.html
http://www.scribd.com/doc/10989984/syair

MACAM-MACAM SYAIR
Menurut isinya, syair dapat menjadi menjadi lima golongan, sebagai berikut.
1. Syair Panji
Syair panji menceritakan tentang keadaan yang terjadi dalam istana dan keadaan orang-orang yang berada atau berasal dari dalam istana.
Contoh syair panji adalah Syair Ken Tambuhan yang menceritakan tentang seorang putrid bernama Ken Tambuhan yang di jadikan persembahan kepada sang Ratu kauripan.
2. Syair Romantis
Syair romantis berisi tentang percintaan yang biasanya terdapat pada cerita pelipur lara, hikayat,maupun cerita rakyat. Contoh syair romantis yakni Syair Bidasari yang menceritakan tentang seorang putri raja yang telah di buang ibunya. Setelah beberapa lama ia dicari Putra Bangsawan (saudaranya) untuk bertemu dengan ibunya. Pertemuan pun terjadi dan Bidasari memaafkan ibunya, yang telah membuang dirinya.
3. Syair Kiasan
Syair kiasan berisi tentang percintaan ikan,burung,bunga atau buah-buahan. Percintaan tersebut merupakan kiasan atau sindiran terhadap peristiwa tertentu. Contoh syair kiasan adalah Syair Burung Pungguk yang isinya menceritakan tentang percintaan yang gagal akibat perbedaab pangkat, atau seperti perumpamaan “seperti pungguk merindukan bulan”.
4. Syair sejarah
Syair sejarah adalah syair yang berdasarkan peristiwa sejarah.
Sebagain besar syair sejarah berisi tentang peperangan.. contoh syair sejarah adalah syair Perang Mengkasar (dahulu bernama syair Sipelman), berisi tentang perang antara orang-orang Makassar dengan Belanda.
Syair berbahasa Arab yang tercatat paling tua di Nusantara adalah catatan di batu nisan Sultan Malik al Saleh di Aceh, bertarikh 1297 M.
5. Syair Agama
Syair agama merupakan syair terpenting. Syair agama dibagi menjadi 4 yaitu : a. Syair sufi
b. Syair tentang ajaran agama
c. Syair riwayat cerita nabi
d. Syair nasihat
perlu kita ketahui, setiap syair pasti mengandung pesan tertentu . pesan tersebut dapat kita simpulkan setelah memahami isi sebuah syair.
Sumber :
http://blog.ub.ac.id/dafonz/2010/03/09/macam-macam-syair/
http://blog.re.or.id/search/macam-macam+syair

CONTOH :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyatnya teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)

Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a

Sumber :
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/11/11/syair-pengertian-dan-contoh/

Analisis dari Syair
A. Analisis pengertian syair
Syair adalah salah satu jenis puisi lama
Syair berasal dari Persia atau yang sekarang Iran
Syair berasal dari bahasa Arab, Syu’ur dan Syi’ur
Syair dalam bahasa melayu ialah penyair
Syair dalam bahasa Arab di sebut kosidah atau sihir
Syair modern tidak mengutamakan sajaknya
Syair modern mementingkan pilihan kata,teknik,dan isinya
Di lihat dari isinya syair hampir sama dengan prosa
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat sedangakn syair lama kebalikan dari syair modern

B. Ciri-ciri Syair
Bersajak a-a-a-a
Tidak mempunyai sampiran
Setaip bait terdiri dari empat baris
Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair
Setiap baris terdiri 8-12 suku kata

C. Analisis unsur Syair
Unsur-unsur Syair meliputi :

Jumlah bait dalam syair
Jumlah baris dalam satu bait empat baris
Jumlah suku kata dalam satu baris
(8-12 suku kata)
Amanah atau pesan yang di sampaikan oleh
Si penyair
Isi dalam setiap bait atau tema dalam sebuah syair
Sajak atau rima
Majas yang di gunakan
Diksi atau pilihan kata

D. Analisis macam-macam syair
Menurut isinya syair dibagi menjadi 5 (lima) golongan :

1. Syair panji :
Menceritakan keadaan dalam sebuah istana atau keadaan orang-orang yang berasal dari dalam istana.
Contoh : Syair Ken Tambunan

2. Syair Romantis :
Menceritakan tentang percintaan, yang biasanya ada pada cerita pelipur lara, hikayat, dan bidasari.
Contoh : Syair bidasari

3. Syair Khiasan :
Berisi tentang sindiran terhadap peristiwa tertentu, biasanya menggunakan percintaan makhluk hidup (hewan,tumbuhan) sebagai bahan sindiran.
Contoh : syair burung pungguk, seperti pungguk merindukan bulan.

4. Syair sejarah :
Berdasarkan peristiwa sejarah. Sebagian besar menceritakan tentang kejadian di medan perang.
Contoh : Syair perang mengkasang (dahulu bernama syair Sipleman), dan syair di Ponegoro,serta syair sultan Malik Al-Soleh yang menggunakan bahasa Arab dan tercantum di nisan beliau, tercatat sebagai syair tertua di Nusantara.
5. Syair Agama :
Mengandung pesan-pesan agama, di bagi menjadi empat yaitu :

• Syair Syufi atau tentang khalifah
• Syair ajaran Isalm
• Syair riwayat cerita Nabi dan Rasul
• Syair nasihat agama

E. Analisis contoh-contoh syair
i. Pada zaman dahulu kala
Terseburlah sebuah cerita
Sebuah negri yang aman sentosa
Dipimpin sang Raja nan bijaksana

Isinya tentang : kerajaan yang dipimpin sang Raja nan bijaksana.
a. Terdiri dari empat baris
b. Baris pertama terdiri dari delapan suku kata
- Baris ke dua terdiri dari sepuluh suku kata
- Baris ke tiga terdiri dari dua belas suku kata
- Baris ke empat terdiri dari sebelas suku kata.
c. Bersajak a-a-a-a
d. Termasuk syair panji
e. Dengan tema kerajaan

Negeri bernama Pasir Luhur
Tanahnya luas lagi subur
Rakyat teratur hidupnya makmur
Rukun Raharja tiada terukur

Isinya tentang : Negeri yang rakyatnya hidup sejahtera
a. Terdiri dari empat baris
b. – Baris pertama terdiri dari sepuluh suku kata
- Baris ke dua terdiri dari Sembilan suku kata
- Baris ke tiga terdiri dari sepuluh suku kata
- Baris se empat terdiri dari sebelas suku kata
c. Termasuk syair panji
d. Dengan tema kehidupan rakyat dalam sebuah negeri
e. Memiliki sajak a-a-a-a

Raja bernama Darmalaksana
Tampan rupawan elok parasnya
Adil dan jujur penuh wibawa
Gagah perkasa tiada tandingnya

Isinya tentang : Keadaan fisik Raja Darmalaksa
a. Terdiri dari empat baris
b. – Baris pertama terdiri dari sepuluh suku kata
- Baris ke dua terdiri dari sepuluh suku kata
- Baris ke tiga terdiri dari sepuluh suku kata
- Baris ke empat terdiri dari sebelas suku kata
c. Termasuk syair panji
d. Dengan tema seorang raja
e. Memiliki sajak a-a-a-a

iv. Lalulah berjalan Ken Tambuan
Diiringkan penglipur dengan tadahan
Lemah lembut berjalan perlahan-lahan
Lakunya manis member kasihan

Isinya tentang : ken tambuan yang di jadikan persembahan sang
Ratu kauripan.
a. Terdiri dari empat baris
b. - Baris pertama terdiri dari sepuluh suku kata
- Baris pertama terdiri dari dua belas suku kata
- Baris ke tiga tediri dari dua belas suku kata
c. Termasuk syair panji
d. Dengan tema manusia yang dijadikan persembahan
e. Memiliki sajak a-a-a-a

Tunduk menangis segala puteri
Masing-masing berkata sama sendiri
Jahatnya perangai permaisuri
Lakunya seperti jin dan peri

Isinya tentang : perilaku ratu Kauripan yang keji
a. Terdiri dari empat baris
b. – Baris pertama terdiri dari sebelas suku kata
- Baris ke dua terdiri dari dua belas suku kata
- Baris ke tiga terdiri dari sepuluh suku kata
- Baris ke empat terdiri dari sepuluh suku kata
c. Temasuk syair panji
d. Dengan tema perilaku seorang ratu
e. Memiliki sajak a-a-a-a

Kesimpulan :

1. Setiap bait terdiri dari empat baris
2. Di dalam satu baris terdapat 8-12 sukku kata
3. Bersajak a-a-a-a
4. Termasuk golongan syair panji.

Soal dan pembahasan syair
1. Dibawah ini salah satu jenis puisi lama yang berasal dari bahasa Arab, yaitu…
a. Syair c. puisi
b. Pantun d. Prosa
2. Apa sajakah yang diperhatikan dalam syair modern…
a. Sajak c. Isi dan teknik
b. Pilihan d. Cara membuat
3. Dibawah ini yang termasuk unsure-unsur syair, kecuali…
a. Tema c. Isi
b. Prosa d. Pesan
4. Menurut isinya, syair dibagi menjadi 5 golongan,kecuali…
a. Syair Sejarah c. Syair Agama
b. Syair Bahasa Indonesia d. Syair Kiasan
5. Syair yang menceritakan tentang keadaan yang terjadi dalam istana merupakan pengertian dari syair…
a. Syair Romantis c. Syair Nasihat
b. Syair Kiasan d. Syair Panji
6. Yang bukan termasuk dalam ciri-ciri syair, yaitu…
a. Terdiri dari 8-12 suku kata
b. Bersajak a-a-a-a
c. Terdiri dari 4 baris
d. Terdiri dari sampiran semua
7. Dibawah ini yang termasuk syair agama adalah…
a. Syair Romantis c. Syair syu’ru
b. Syair Panji d. Syair Sufi


( 4 )
UNSUR PEMBANGUN CERPEN
UNSUR PEMBANGUN CERPEN
a. Tema.
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema ada yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).
Dalam menentukan tema, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: minat pribadi, selera pembaca, dan keinginan penerbit atau penguasa.
Dalam sebuah karya sastra, disamping ada tema sentral, ada pula tema sampingan. Tema sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Adapun tema sampingan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.
Sebuah karya tulis atau karangan sudah tentu memiliki tema begitu juga cerita pendek, sebab tema merupakan pokok utama yang menjadi dasar penulisan. Tema ialah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangan. Pengertian tema secara khusus dalam karang-mengarang bisa dilihat dari dua sudut, yaitu sudut karangan yang telah selesai dan dalam proses penyusunannya. Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.
Cerpen hanya berisi satu tema karena ceritanya yang pendek. Hal itu berkaitan dengan keadaan jalan cerita yang juga tunggal dan tokoh (pelaku) yang terbatas. Tema dapat kita dapat setelah kita membaca secara menyeluruh (close reading) isi cerpen. Dengan demikian, tema ada tersamar dalam cerita.
Tema yang diangkat dalam cerpen biasanya sesuai dengan amanat/pesan yang hendak disampaikan oleh pengarangnya. Tema menyangkut ide cerita. Tema menyangkut keseluruhan isi cerita yang tersirat dalam cerpen. Tema dalam cerpen dapat mengangkat masalah persahabatan, cinta kasih, permusuhan, dan lain-lain. Hal yang pokok adalah tema berhubungan dengan sikap dan pengamatan pengarang terhadap kehidupan. Pengarang menyatakan idenya dalam unsur keseluruhan cerita. Mencari arti sebuah cerpen, pada dasarnya adalah mencari tema yang terkandung dalam cerpen tersebut. Cerpen yang baik mempunyai efek penafsiran bagi pembaca setelah membaca cerpen tersebut.
Dalam membaca sebuah cerpen, kita hanyut dalam pelukisan karakter-karakternya, konflik yang penuh suspense, dan sebagainya. Tapi kalau cerpen itu selesai kita baca, maka barulah terasa bahwa semua itu mengandung satu arti yang berupa visi pengarang terhadap dunia. Sebuah cerpen kadang-kadang banyak menimbulkan penafsiran. Dan itu terletak pada temanya, suatu yang dikandung oleh sebuah cerpen. Dan memang dalam sebuah cerpen kadang-kadang tidak hanya ada satu penafsiran tema saja. Sebuah cerpen yang besar mengandung banyak persoalan yang bersegi-segi. Mungkin mengandung masalah moral, masalah sosial, masalah individu, masalah spiritual, dan sekaligus juga masalah politik.
Tema menjadi semacam benang merah yang merangkai unsur-unsur cerita, sejak alur, plot, sampai penokohan dan karakterisasi tokoh-tokohnya, menjadi sebuah cerpen yang seutuhnya. Tema bisa disebut sebagai ide central atau yang mendominasi sebuah karya sastra. Tema sebuah konsep abstrak yang dikonkretkan lewat representasi pada tokoh, tindakan, dan citraan dalam karya sastra. Temalah yang menjadi dasar bergeraknya tokoh dan berbagai peristiwa di dalamnya dan perlu diingat bahwa tema harus fokus.
b. Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
Amanat menitipkan nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari cerpen yang dibaca. Amanat menyangkut bagaimana sang pembaca memahami dan meresapi cerpen yang ia baca. Setiap pembaca akan merasakan nilai-nilai yang berbeda dari cerpen yan dibacanya. Pesan-pesan kehidupan yang ada dalam cerpen hadir secara tersirat dalam keseluruhan isi cerpen. Pembaca dapat memaknainya dihubungkan dengan latar belakang maupun kehidupan sekarang yang ia hadapi. Cerpen yang baik hendaknya mampu menggugah pembaca supaya lebih memaknai dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang agung dan universal.
Setiap pembaca berhak mempunyai pandangan sendiri akan amanat yang ia ambil dari cerpen yang dibacanya. Masalah muatan nilai dalam cerpen tidak dapat dipisahkan dengan tujuan (misi) pengarang dalam menulis cerpennya tersebut. Pembaca pun berhak membantah atau mendukung misi yang hendak disampaikan oleh sang pengarang. Hal ini sesuai dengan tujuan karya sastra, yaitu utile dan dulce (berguna dan menghibur) bagi pembacanya.
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita. Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya.
Yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra antara lain sebagai berikut.
1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya), psikologi pembaca, dan penerapan prinsip-prinsip psikologi dalam sastra.
3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Setiap karya sastra tentu memiliki nilai, memiliki mutu. Ketika karya sastra diciptakan, apakah itu puisi, cerpen, novel, atau drama isinya dipersembahkan untuk dibaca, dihayati, dipahami, dikaji, ditafsirkan, dan dimaknai nilai yang ada di dalamnya. Mencari nilai, kemudian nilai itu ditafsirkan, itu disebut juga kegiatan berapresiasi.
Nilai-nilai yang ditemukan dalam cerpen, di antaranya nilai intrinsik dan ekstrinsik. Nilai intrinsik lebih banyak dipergunakan untuk pendekatan objektif atau struktural dalam kegiatan masyarakat akademis sastra. Pendekatan ekstrinsik jarang dilirik oleh apresiator, karena harus memiliki disiplin ilmu lain sebagai parameternya. Kesulitan apresiator dalam menganalisis karya sastra dari unsur ekstrinsik yaitu dalam ketidakmadirian unsur ekstrinsik sebagai parameter analisis
Nilai-nilai dalam cerpen harus dikupas, dikuliti agar terasa keutuhannya. Ketika menemukan nilai-nilai dalam cerpen tersebut, maka cerpen tersebut terasa bernilai, terasa mengandung sesuatu yang berharga. Jadi, nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik harus dikuliti, harus diapresiasi, agar cerita itu terasa berbobot dan bermanfaat.
Dalam cerita pendek bisa saja ditemukan nilai hitam dan putih, bisa juga menggambarkan nilai hitam, atau memperlihatkan nilai putih. Nilai hitam atau putih dalam karya sastra disebut juga nilai didaktis, nilai yang mengandung unsur kebaikan sebagai tuntunan disebut nilai putih, dan nilai keburukan dalam hidup digambarkan nilai hitam. Paling terasa hitam dan putihnya cerita ada dalam cerita rakyat. Biasanya, yang berperilaku hitam akan mendapat hukuman, yang berperilaku putih akan mendapat ganjaran. Contoh dalam cerita rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih, terlihat sekali nilai didaktisnya.
Seorang pengarang tentu saja akan memperhatikan nilai didaktis dalam karyanya, sebab nilai didaktis, yakni pendidikan dan pengajaran, dapat mengantarkan pembaca kepada suatu arah tertentu. Oleh sebab itu karya sastra yang baik adalah karya sastra yang memperlihatkan tokoh-tokoh yang memiliki kebijaksanaan dan kearifan sehingga pembaca dapat mengambilnya sebagai teladan. Keteladan yang terdapat dalam cerita bisa berupa (1) ajaran kebaikan terdapat dalam cerita, (2) moral yang digambarkan, (3) falsafah hidup tokoh-tokohnya, (4) ganjaran yang diterima tokoh-tokohnya, (5) isme-isme yang mempengaruhi atau menggerakkan tokohnya, (6) kekalahan nilai keburukan, (7) keadaan pendidikan tokohnya yang digambarkan, dan (8) amanat di akhir cerita.
Saat selesai membaca sebuah karya sastra, kita pernah merasakan ada nilai-nilai yang sesuai untuk dijalankan dalam keseharian. Bisa juga isi cerita tersebut mengandung nilai kehidupan yang menyentuh hati dan membawa pengalaman batin. Hal tersebut merupakan keunikan sastra yang memiliki fungsi sebagai bahan pembelajaran bagi pembacanya. Jadi, selain sebagai hiburan, sastra pun berfungsi sebagai penyampai nilai-nilai moral. Moral pada karya sastra merupakan unsur yang disampaikan pengarang dan merupakan makna terdalam dari sebuah karya sastra.
Pesan moral yang sampai kepada pembaca dapat ditafsirkan berbeda- beda oleh pembaca. Hal ini berhubungan dengan cara pembaca mengapresiasi isi cerita. Pesan moral tersebut dapat berupa cinta kasih, persahabatan, kesetiakawanan sosial, sampai rasa takjub kepada Tuhan.
c. Tokoh
Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif
atau menyampaikan nilai-nilai positif. Tokoh protagonist disukai pembacanya. Biasanya watak tokoh semacam ini adalah watak yang baik dan positif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik, pandai mandiri dan setia kawan. Oleh karena itu ada juga watak protagonist yang menggambarkan dua sisi kepribadian yang berbeda. Sebagai contoh, ada tokoh yang mempunyai profesi sebagai pencuri. Ia memang jahat, tetapi ia begitu sayang kepada anak istrinya sebagai anak dan istrinya juga saying kepadanya. Contoh lainnya, ada orang yang berbohong untuk keselamatan temannya. Orang yang sombong tetapi sadar dan mengakui kesalahannya.
2.Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang
bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai
negatif. Tokoh antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negatif, seperti pendendam, culas, pembohong, menghalalkan segala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius. Meskipun demikian, ada juga tokoh-tokoh antagonis yang bercampur dengan sifat-sifat yang baik. Contohnya, tokoh yang jujur, tetapi dengan kejujurannya itu justru mencelakakan temannya; tokoh yang memgang janji, tetapi janji itu diucapkan pada orang yang salah dan berakibat fatal.
Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau
membantu tokoh sentral.
Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi
kepercayaan tokoh sentral (baik protagonis ataupun antagonis).
2.Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali
memegang peran dalam peristiwa cerita.
3.Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi
sebagai latar cerita saja.
Penokohan atau perwatakan adalah pelukisan tokoh cerita, baik keadaan lahir maupun batinnya termasuk keyakinannya, pandangan hidupnya, adat-istiadat, dan sebagainya. Yang diangkat pengarang dalam karyanya adalah manusia dan kehidupannya. Oleh karena itu, penokohan merupakan unsur cerita yang sangat penting. Melalui penokohan, cerita menjadi lebih nyata dalam angan pembaca.
Ada tiga cara yang digunakan pengarang untuk melukiskan watak tokoh cerita, yaitu dengan cara langsung, tidak langsung, dan kontekstual. Pada pelukisan secara langsung, pengarang langsung melukiskan keadaan dan sifat si tokoh, misalnya cerewet, nakal, jelek, baik, atau berkulit hitam. Sebaliknya, pada pelukisan watak secara tidak langsung, pengarang secara tersamar memberitahukan keadaan tokoh cerita. Watak tokoh dapat disimpulkan dari pikiran, cakapan, dan tingkah laku tokoh, bahkan dari penampilannya. Watak tokoh juga dapat disimpulkan melalui tokoh lain yang menceritakan secara
tidak langsung. Pada Pelukisan kontekstual, watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang digunakan pengarang untuk mengacu kepada tokoh.
Mutu sebuah cerpen banyak ditentukan oleh kepandaian penulis menghidupkan watak tokoh-tokohnya. Kehadiran tokoh semestinya mempunyai kepribadian sendiri. Hal ini bergantung masa lalunya, pendidikannya, asal daerahnya, maupun pengalaman hidupnya. Cerpen yang baik hendaklah mampu menampilkan jatidiri tokoh walaupun tidak harus digambarkan secara implisit (langsung).
Dalam menggambarkan tokoh-tokoh dalam suatu cerita, dapat digunakan dua metode, yaitu metode analitik dan dramatik.
a). Metode Analitik
Metode analitik yaitu pengarang secara langsung memaparkan watak tokoh dengan jalan menyebutkan sifat-sifatnya. Misalnya: keras hati, keras kepala, tinggi hati, rendah hati, pengiba, bengis, pemalu, sombong, penipu.
Contoh:
Sejak bos baru berkuasa di kantor itu, suasana jadi semrawut. Bagaimana tidak? Sebagai direktur pekerjaannya hanya mencari-cari kesalahan bawahan. Menurut
istilah orang Jawa, dia itu kikrik sekali.
Dalam kutipan cerpen tersebut tokoh bos sifat-sifatnya digambarkan secara langsung oleh pengarang yaitu seorang bos yang hanya suka mencari-cari kesalahan bawahan.
b). Metode Dramatik
Metode dramatik yaitu penggambaran watak tokoh yang tidak diceritakan secara langsung oleh pengarangnya, tetapi disampaikan antara lain melalui hal-hal berikut.
1. Pilihan nama.
Contoh:
Mulai kemarin Krowot tidak lagi manggung. Gemerlap lampu pentas dan tepuk tangan penonton ketoprak keliling itu harus ditinggalkannya. Perceraiannya dengan jagad panggung, sungguh menyakitkan hati Krowot.
Melalui pilihan nama Krowot dapat diketahui bahwa tokoh tersebut adalah orang yang berasal dari lingkungan sederhana, bukan berasal dari lingkungan berada apalagi ningrat.
2. Penggambaran fisik (misalnya cara berpakaian, postur tubuh, reaksi antartokoh, dan sebagainya).
Contoh:
Tubuhnya langsing, kulitnya kuning bersih, Sedangkan sepasang matanya sangat bening menyimpan jutaan misteri. Dan, terasa pula misteri menyelubungi seluruh tubuhnya, sehingga tatkala is bergerak sedikit saja, keanggunan dan kewibawaannya seolah-olah menyedot seluruh kekuatan mistik di sekitarnya.
Melalui penggambaran fisik, seperti tubuh langsing, kulit kuning bersih, mata bening, dan lain sebagainya dapat kita ketahui bagaimana watak tokoh tersebut. Penggambaran fisik seperti itu dapat memberikan gambaran tokoh adalah seorang wanita yang anggun dan mempesona.
3. Penggambaran melalui cakapan (baik dialog maupun monolog).

Contoh:
"Tapi, saya lama-lama juga rikuh menumpang hidup terus-menerus di sini, bersama anak istri lagi," ujar Krowot.
"O ... soal itu tak usah dipikirkan. Saya ikhlas kok," Lukas Pak Karta. ”Sudah, kalau sampeyan mau istirahat. Sudah malam," tambahnya seraya ngeloyor pergi.
Melalui dialog antara Krowot dan Pak Karta diperoleh gambaran bagaimana watak tokoh-tokoh tersebut. Krowot adalah orang yang sederhana. Bahkan, ia dan keluarganya masih hidup menumpang di rumah orang lain. Biarpun begitu, Krowot tetap mempunyai rasa tidak enak dengan Pak Karta. Pak Karta adalah orang yang baik hati, suka menolong tanpa pamrih.
Dari apa yang diucapkan oleh seorang tokoh cerita, kita dapat mengenali apakah ia orang tua, orang dengan pendidikan rendah atau tinggi, sukunya, wanita atau pria, orang berbudi halus atau kasar, dan sebagainya.
4. Apa yang diperbuat oleh para tokoh
Tindakan-tindakan para tokoh, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis. Watak seseorang memang kerap kali tercermin dengan jelas pada sikapnya dalam situasi gawat (penting), karena ia tak bisa berpura-pura, ia akan bertindak secara spontan menurut karakternya: Situasi kritis di sini tak perlu mengandung bahaya, tapi situasi yang mengharuskan dia mengambil keputusan dengan segera.
5. Melalui pikiran-pikirannya
Melukiskan apa yang dipikirkan oleh seorang tokoh adalah salah satu cara penting untuk membentangkan perwatakannya. Dengan cara ini pembaca dapat mengetahui alasan-alasan tindakannya.
6. Melalui penerangan langsung
Dalam hal ini, penulis mernbentangkan panjang lebar watak tokoh secara langsung. Hal ini berbeda sekali dengan cara tidak langsung, yang pengungkapan watak lewat perbuatannya, apa yang diucapkannya, menurut jalan pikirannya, dan sebagainya.
d. Alur (Plot)
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita.
Struktur alur dapat berupa sebagai berikut:
1.Bagian awal, terdiri atas:
a) paparan (exposition),
b) rangsangan (inciting moment), dan
c) gawatan (rising action).
2.Bagian tengah, terdiri atas:
d) tikaian (conflict),
e) rumitan (complication), dan
f) klimaks.
3.Bagian akhir, terdiri atas:
g) leraian (falling action), dan
h) selesaian (denouement).
Alur cerita menegaskan bagaimana unsur cerita, tokoh, dan setting itu digunakan secara utuh. Mulai dari halaman awal sampai halaman terakhir, plot memberikan penegasan bagaimana cerita ini berjalan. Bahasa mudahnya plot adalah urutan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang muncul karena adanya sebab-akibat.
Untuk mudah menjelaskan arti plot dengan jalan cerita ialah begini: Sang pria bunuh diri itu disebut jalan cerita. Akan tetapi, sang pria bunuh diri karena sakit hati diputuskan pacar disebut plot. Apa yang disebut plot dalam cerita memang tidak mudah dicari. Hal ini bergantung bagaimana sikap pembaca dalam membaca keseluruhan isi cerita pendek. Plot tersembunyi di balik jalannya cerita. Namun, jalan cerita bukanlah plot. Jalan cerita merupakan manifestasi, bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari plot cerita. Kita sudah dibiasakan dengan arti plot yang disamakan denga jalan cerita. Padahal, plot adalah bagian tersembunyi dari dalam cerita.
Plot merupakan bagian rangkaian perjalanan cerita yang tidak tampak. Jalan cerita dikuatkan dengan hadirnya plot. adapun plot mengisinya dengan kejadian dalam rangkaian perjalanan cerita. Dalam cerita pendek tersebut, pembaca dibawa berimajinasi sekaligus ikut terhanyut dalam perjalanan sang tokoh “aku”. Ingat, dengan mengikuti jalan cerita, kita dapat menemukan plotnya. Dengan demikian, pembaca akan terasah untuk mengetahui sebab-akibat timbulnya jalan cerita dengan kehadiran plot. Plot dengan jalan cerita tidak dapat dipisahkan.
Sehubungan dengan naik turunnya jalan cerita karena adanya sebab akibat, dapat dikatakan pula plot dan jalan cerita dapat lahir karena adanya konflik. Konflik tidak harus selalu pertentangan antara orang perorang. Konflik dapat hadir dalam diri sang tokoh dengan dirinya maupun dengan lingkungan di sekitarnya. Hal yang menggerakkan kejadian cerita adalah plot. Suatu kejadian baru dapat disebut cerita kalau di dalamnya ada perkembangan kejadian. Dan suatu kejadian berkembang kalau ada yang menyebabkan terjadinya perkembangan konflik.
Adapun kahadiran konlik harus ada sebabnya. Secara sederhana, konflik lahir dari mulai pengenalan hingga penyelesaian konflik. Untuk lebih jelasnya, tingkatan konflik adalah sebagai berikut: Pengenalan konflik > Timbul permasalahan (konflik) > Permasalahan memuncak > Permasalahan mereda > Penyelesaian masalah
a. Pengenalan konflik.
Dalam bagian ini, pembaca dibawa untuk mengetahui bagaimana benih-benih konflik bisa muncul. Dalam hal ini, masih ada taraf pengenalan bagaimana hadirnya tiap tokoh (terutama tokoh utama).
b. Konflik muncul
Munculnya konflik ini disebabkan hadirnya pertentangan, baik paham, pandangan, maupun emosi, yang membuat hubungan antartokoh menegang. Bisa juga adanya pertentangan batin dalam diri sang tokoh. Munculnya benih konflik ini, biasanya akan dibedakan hadirnya tokoh yang baik dan jahat. Konflik yang muncul menimbulkan gesekan sehingga jalan cerita akan dibawa semakin memuncak. Timbulnya konflik yaitu terbentuknya plot yang juga berhubungan erat dengan unsur watak, tema, bahkan juga setting.
c. Konflik memuncak
Konflik yang memuncak disebut juga klimaks. Dalam hal ini, pertentangan antartokoh akan membuat masalah berada dalam titik kulminasi (puncak). Konflik yang memuncak ini semakin membedakan bagaimana tiap tokoh bertindak, baik dengan cara maupun pikirannya masing-masing. Dalam cerpen, konflik digambarkan sebagai pertarungan antara tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis adalah pelaku utama cerita, adapun antagonis adalah faktor pelawannya. Antagonis tak perlu berupa manusia atau makhluk hidup lain, tetapi bisa situasi tertentu (alam, Tuhan, kaidah moral, aturan sosial, dirinya sendiri dan sebagainya). Dengan demikian, kunci utama untuk mencari plot suatu cerita adalah menanyakan apa konfliknya. Dan konflik ini baru bisa ditemukan setelah pembaca mengikuti jalan ceritanya.
d. Konflik mereda
Konflik mereda muncul setelah tegangan tokoh dalam cerita menemukan jalannya masing-masing. Konflik yang mereda hadir karena posisi masing-masing tokoh sudah ada jawabannya masing-masing.
e. Penyelesaian
Penyelesaian muncul sebagai titik akhir dari permasalahan yang telah memuncak. Dalam tahap ini, para tokoh telah menemukan nasibnya masing-masing. Dalam pembacaan cerita, penyelesaian ini akan membawa pembaca pada kesimpulannya masing-masing, yaitu menyangkut watak tokoh bahkan pembelajaran apa yang bisa diambil. Hal ini disebabkan konflik adalah inti cerita yang muncul dan biasa ditunggu dan dinikmati pembaca.
Ada dua jenis plot, yaitu alur maju dan alur balik (flash back). Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang bersifat kronologis. Artinya peristiwa-peristiwa terjadi secara berurutan dari segi waktu. Cerita di mulai pada tahap awal, tengah, dan akhir. Kalau pakai skema, contoh nya seperti ini: A ---- B ---- C ---- D ---- E
Sementara alur balik (flash back) cerita tidak menurut aturan kronologis waktu. Alur flash back ini memungkinkan cerita dimulai bisa dari sebagian tahap tengah atau tahap akhir, baru ke tahap permulaan, menceritakan kembali sebagian tahap tengah, dan akhir cerita. Skema alur balik seperti berikut ini: D1 ---- A ---- B ---- C ---- D2 ---- E. Tidak mesti menempatkan peristiwa lalu itu di awal cerita. Bisa saja menempatkannya di mana saja dan melihat kebutuhan cerita. Mungkin saja skema cerita jadi seperti ini:
A ---- E1 ---- B ---- C ---- D ---- E2
A ---- C1 ---- B ---- C2 ---- D ---- E
A ---- B1 ---- D1 ---- C ---- B2 ---- D2 --- E
Skema ini bisa jadi kombinasi apa saja, tergatung sejauhmana imajinasi dan daya kreatifitas mengolah ide atau gagasan ke dalam bentuk cerita. Tidak ada aturan baku yang mengharuskan harus memilih bentuk seperti ini dan tidak boleh menggunakan bentuk yang lain. Yang jelas semua karya fiksi baik itu cerita pendek atau novel masing-masing memiliki alur cerita.
e. Latar (setting)
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Dalam arti luas latar (setting) meliputi aspek ruang, aspek waktu, dan aspek suasana saat berlangsungnya cerita.
Latar (setting) dalam cerpen merupakan salah satu bagian cerpen yang dianggap penting sebagai penggerak cerita. Setting mempengaruhi unsur lain, semisal tema atau penokohan. Setting tidak hanya menyangkut lokasi di mana para pelaku cerita terlibat dalam sebuah kejadian. Dalam cerpen yang baik, setting harus benar-benar sebuah syarat untuk menggarap tema dan karakter cerita. Dari setting wilayah tertentu harus menghasilkan perwatakan tokoh tertentu, tema tertentu. Kalau sebuah cerpen settingnya dapat diganti dengan tempat mana saja tanpa mengubah atau mempengaruhi watak tokoh-tokoh dan tema cerpennya, maka setting demikian kurang integral.
Dalam cerpen yang yang baik, setting menyatu dengan tema, watak, gaya, maupun kaitan kebijakan cerita yang dapat diambil hikmahnya pelah pembaca cerpen. Latar bisa berarti banyak yaitu tempat tertentu, daerah tertentu, orang-orang tertentu dengan watak-watak tertentu akibat situasi lingkungan atau zamannya, cara hidup tertentu, cara berpikir tertentu.
Latar merupakan background sebuah cerita, tempat kejadian, daerah penuturan atau wilayah yang melingkupi sebuah cerita. Latar ini dapat kita bedakan:
1. Latar Tempat
Latar tempat menggambarkan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita. Penggambaran latar tempat ini hendaklah tidak bertentangan dengan realita tempat yang bersangkutan, hingga pembaca (terutama yang mengenal tempat tersebut) menjadi tidak yakin dengan apa yang kita sampaikan.
Kehadiran setting tempat dalam cerpen bukan tanpa tujuan yang pasti. Setting tempat mempengaruhi bagaimana kondisi sang tokoh diciptakan. Secara sederhana, setting tempat akan mempengaruhi gaya maupun emosi tokoh dalam berbicara. Contohnya, setting dengan situasi pantai akan berbeda dengan situasi di gunung. Begitu pula setting dengan tempat yang khas akan berbeda dengan kondisi tempat lainnya. Salah satu contohnya, tokoh yang hadir dengan nama Ujang akan halnya dengan setting dengan menggunakan tokoh Ida Bagus. Para pembaca cerpen sudah mempunyai pengetahuan awal mengenai kedua nama tersebut. Ujang berasal dari tanah Sunda adapun Ida Bagus berasal (minimal keturunan) Bali.
Tentunya pembaca akan mempunyai pengalaman sendiri yang tidak perlu dijelaskan secara mendetail dari mana masing-masing tokoh tersebut berasal. Hal ini pun akan mempengaruhi sikap pembaca mengenai budaya atau kebiasaan yang dipunyai oleh kedua tokoh tersebut.
2. Latar Waktu
Latar Waktu menggambarkan kapan sebuah peristiwa itu terjadi. Dalam sebuah cerita sejarah, hal ini penting diperhatikan. Sebab waktu yang tidak konsisten akan menyebabkan rancunya sejarah itu sendiri. Latar waktu juga meliputi lamanya proses penceritaan. Setting waktu mempengaruhi bagaimana cara tokoh bertindak. Hal ini salah satunya dapat ditunjukkan dengan contoh perbedaan cerita dengan setting yang terjadi zaman tahun 1930-an dahulu dengan setting tahun 2000-an. Hal ini dapat diamati dengan cara berbicara tokoh maupun kondisi lingkungan saat itu.
3. Latar Sosial
Latar sosial mencakup hal-hal yang berhubungan dengan kondisi tokoh atau masyarakat yang diceritakan dalam sebuah cerita. Termasuk di dalamnya adat istiadat, keyakinan, perilaku, budaya, dan sebagainya. Latar sosial sangat penting diketahui secara benar sebagaimana latar tempat, sebab hal ini berkaitan erat dengan nama, bahasa dan status tokoh dalam cerita.
4. Latar Emosional
Latar emosional lebih sering muncul saat membangun konflik, hingga ia memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah cerita. Ada cerita yang secara keseluruhan hanya bercerita tentang konflik emosi seorang tokoh, hingga latar cerita pun total berupa emosi. Latar emosi ini biasanya terbaca melalui dialog-dialog, perenungan dan kecamuk perasaan si Tokoh.
f. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang pada intinya adalah visi pengarang. Sudut pandang yang diambil pengarang tersebut berguna untuk melihat suatu kejadian cerita. Tentunya harus dibedakan antara pandangan pengarang sebagai pribadi dengan teknis dia bercerita dalam cerpen. Hal ini menyangkut bagaimana pandangan pribadi pengarang akan bisa diungkapkan sebaik-baiknya sehingga pembaca dapat menikmatinya. Untuk ini, ia harus memilih karakter mana dalam cerpennya yang disuruh bercerita. Dalam hal ini sudut pandang memegang peranan penting akan kejadian-kejadian yang akan disajikan dalam cerpen, menyangkut masalah ke mana pembaca akan dibawa, menyangkut masalah kesadaran siapa yang dipaparkan.
Sudut pandang secara sederhana dapat diartikan ‘posisi pengarang dalam tulisannya’. Kita bisa memerankan salah seorang tokoh (orang pertama), atau menceritakan tokoh-tokoh dalam cerita kepada pembaca, seolah-olah pembaca adalah salah satu tokohnya (orang kedua), atau dia hanya sebagai seorang pencerita (narator) yang tidak terlibat langsung dalam sebuah cerita yang dia tulis (orang lain).
Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua macam sudut pandang yang bisa dipakai:
a. Sudut pandang orang pertama (first person point of view)
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang pertama, ‘aku’, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ‘aku’ tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ‘aku’ tersebut.
Sudut pandang orang pertama masih bisa dibedakan menjadi dua:
1. ‘Aku’ tokoh utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si ‘aku’ mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniyah, dalam diri sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ‘aku’ menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ‘aku’, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ‘aku’ menjadi tokoh utama (first person central).
2. ‘Aku’ tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh ‘aku’ muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ‘aku’ hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ‘aku’ tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si ‘aku’ hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ‘aku’ pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
b. Sudut pandang orang ketiga (third person point of view)
Dalam cerita yang menpergunakan sudut pandang orang ketiga, ‘dia’, narator adalah seorang yang berada di luar cerita, yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti.
Sudut pandang ‘dia’ dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya:
1. ‘Dia’ serbatahu. Dalam sudut pandang ini, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ‘dia’ tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ‘dia’ yang satu ke ‘dia’ yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
Penulis bisa berlaku sebagai orang yang serba tahu, termasuk mengetahui pikiran dan isi hati tokoh cerita. Penulis juga bisa berlaku sebagai narator saja, sekadar menggambarkan apa yang tampak dari luar seperti gerak-gerik dan kata-kata tokoh cerita.
Kelebihannya, penulis dapat leluasa bercerita terhadap berbagai peristiwa, berbagai tokoh cerita, dan beragam konflik yang menyertai masing-masing tokoh dalam cerita. Kelemahannya (mungkin) penulis kurang leluasa mengekspresikan emosi dan perasaan tokohnya.
Contohnya:
Sudah dua hari Ranti pamit ke rumah orangtuanya di Bogor. Meninggalkan Awang seorang diri di rumah mereka yang mungil. Dan bagi Awang, ini adalah pengalaman teramat menyesakkan seumur hidupnya. Selama setahun ini ia telah terbiasa dengan keberadaan Ranti. Terbiasa dengan senyum manisnya, gelak candanya, juga segala perhatiannya.
Ia bahkan telah terbiasa dengan kecerewetan Ranti jika melihatnya telat makan atau kurang istirahat. Dan yang terpenting lagi, Ranti tak pernah mengeluh atau berwajah kecut atas gajinya yang tak seberapa, dan ia selalu tersenyum optimis menerima keadaan mereka yang memang masih sangat sederhana.
Ranti, perempuan itu kini sudah tak ada. Dan tiba-tiba Awang jadi begitu merindukannya. Rumah mungil mereka terasa sangat sepi tanpa kehadiran Ranti.
Apakah aku memang terlalu egois? Hanya karena sepotong kata cinta itu aku harus kehilangan segala kebahagiaanku di rumah ini,” bisik hatinya bernada sesal.
(Dikutip dari kumpulan cerpen Sepotong Kata Cinta)
2. ‘Dia’ terbatas (‘dia’ sebagai pengamat). Dalam sudut pandang ini, pengarang mempergunakan orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas hak berceritanya, terbatas pengetahuannya (hanya menceritakan apa yang dilihatnya saja).
Sudut pandang orang kedua agak jarang dipakai tapi sebenarnya sangat menarik karena kita memposisikan pembaca sebagai lawan bicara hingga pembaca bisa merasakan keterlibatannya dalam cerita yang kita bangun. Bahkan di sini pembaca lah yang jadi tokoh utamanya dan penulis sebagai orang kedua.
Berikut contoh penggalannya:
Sayang, aku tahu kau tidak suka dengan kedatanganku ini. Kedatangan yang hanya mengantarkan raut letih bercampur rindu ke hadapanmu. Tapi… seharusnya kau juga tahu bahwa tak ada tempat lain yang lebih kusukai selain di sini. Di sisimu. Mengusap dan membelai batu nisanmu yang telah mulai berlumut. Tahukah kau, Sayang, aku baru pulang kemarin dari Jakarta. Uh, Jakarta sangat pengap! Rasanya aku ingin tetap ada di kota kita yang sejuk ini. Kota yang telah merengkuh jasadmu dengan erat.
“Kenapa kau belum juga menikah, Dinda? Jangan biarkan usiamu berlalu sia-sia! Kau harus melupakan aku!”
Kau pasti akan mengatakan itu, kan? Meski jasadmu yang telah beku itu tak pernah mengucapkannya, namun aku tahu kau selalu mempertanyakan hal itu. Dan aku, sungguh benci mendengar pertanyaan yang satu itu. Kenapa kau tidak menanyakan tentang perasaan sayangku yang tak pernah pudar padamu? Kenapa tidak kau tanyakan tentang masa-masa indah kita dulu?
(Dikutup dari kumpulan cerpen Sepotong Kata Cinta)
g. Gaya bahasa
Gaya menyangkut cara khas pengarang dalam mengungkapkan ekspresi berceritanya dalam cerpen yang ia tulis. Gaya tersebut menyangkut bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan menceritakannya dalam sebuah cerpen. Tiap orang punya gaya sendiri, entah baik entah jelek. Gaya bisa berubah kalau pribadi pengarangnya berubah. Kadang untuk para cerpenis pemula, seringkali penulis pemula tersebut menjadi meniru gaya penulisan cerpen dari cerpenis yang sudah dikenal. Hal ini karena para penulis pemula masih dalam proses pencarian bentuk.
Gaya ini bisa dikatakan pula dengan penggunaan gaya bahasa yang khas dari tiap pengarang. Gaya bahasa itu menyangkut metafora, personifikasi, metonomia, dan lain-lain. Gaya tersebut biasa digunakan untuk memperindah kalimat. Dalam hal ini menyangkut bagaimana penggunaan kalimat, penggunaan dialog, penggunaan detail, atau cara memandang persoalan.
Kadang, para cerpenis pemula terjebak dalam penggunaan kata-kata yang terlalu bertele-tele. Sehingga, pembaca baru membaca beberapa paragraf saja sudah bosan dibuatnya. Belum lagi dengan sifatnya yang terlalu menggurui pembaca. Seolah-olah pembaca adalah orang awam yang tidak tahu apa-apa. Padahal, pembaca sendiri sebenarnya berhak untuk mempunyai horizon harapan tersendiri.
Bahasa dalam cerpen memilki peran ganda, Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai penyampai gagasan pengarang, namun juga sebagai penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh pengarang dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan perbandingan, menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak sewajarnya, dan sebagainya. Itulah sebabnya, terkadang dalam karya sastra sering dijumpai kalimat-kalimat khas. Nada pada karya sastra merupakan ekspresi jiwa.
Ketika kita menulis sebuah cerita pendek, keberadaan unsur-unsur baik itu unsur intrinsik ataupun unsur ekstrinsik, dirasa kurang diperhatikan sebab unsur-unsur itu hanya akan mengkotak-kotakkan karya kita.
Setiap pengarang punya gaya sendiri-sendiri dan itu sangat menentukan kualitas karyanya. yang bersangkutan.
Seorang penulis cerpen mau tidak mau seorang pencinta atau pengguna bahasa. Pengarang yang bagus seharusnya mempunyai gaya bahasa yang khas miliknya, jika dibaca orang lain maka pembaca segera tahu kalau itu hanya milik si pengarang. Pengarang harus terus menghidupkan dan memperbarui bahasa, tidak boleh membuat alinea yang tidak baik susunannya; kalimat yang tidak jelas apa maunya, apalagi yang gelap sekaligus ruwet. Kalimat yang boros kata dan membuat pembaca terengah-engah membacanya, sudah semestinya disudahi.
Sebuah kalimat cerpen harus tangkas, kokoh, dan menohok pembaca. Ekonomi kata menjadi penting, sebagaimana dalam penulisan berita. Akhirnya, yang juga tak kalah penting untuk diperhatikan adalah klise alias ungkapan yang sudah kelewat sering dipakai sehingga tidak lagi menimbulkan pesona, seperti cerita-cerita dengan klise, mulai dari bentukan kata "Angin pun enggan berdesis" hingga "malam yang dingin". Seorang pengarang harus berjuang melawan klise agar mendapatkan cerita yang segar dan memikat pembaca. Penggunaan klise menunjukkan kemalasan pengarang untuk berjuang lebih keras lagi menemukan ungkapan yang segar. Setiap penulis harus punya gayanya masing-masing dan bisa menunjukkan siapa dan seperti apa dirinya. Dengan demikian keberadaannya akan diakui.
Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas bagi setiap pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitanya. Gaya bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-beda: berterus terang, satiris, simpatik, menjengkelkan, emosional, dan sebagainya. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain.
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen “Rampok” karya Harris Effendi Thahar dibagi ke dalam gaya sintaktis yang terdiri dari bentuk pembalikan dan bentuk penghilangan, serta gaya semantis yang terbagi ke dalam majas pertentangan, majas identitas dan majas kontiguitas. Sinopsis dari cerita pendek yang berjudul Rampok ini, sebagai berikut:
Dalam cerita ini terdapat beberapa orang karakter utama, yaitu Har, Hamsad, Pak Syamsul (paman istri Har), istri tokoh aku, dan Sam (staf Pak Syamsul). Kisah ini diawali dengan Hamsad yang bercerita kepada Har bahwa ia merasa berdosa karena telah merampok seseorang untuk membayar uang suap sebesar empat juta rupiah kepada Pak Syamsul, seorang personalia kantor wilayah yang juga paman istri Har. Uang suap itu diberikan agar Pak Syamsul meluluskan istri Hamsad yang sudah dua kali gagal mengikuti tes calon pegawai negeri. Har tidak berani menceritakan masalah ini kepada istrinya karena beberapa hal antara lain ia merasa istrinya akan sangat marah bila mendengar pamannya dianggap menerima uang suap karena istri Har sangat menentang praktik percaloan dan merasa kurang simpati dengan keluarga Hamsad. Istri Har juga selalu mengatakan dengan bangga bahwa ia berhasil lulus tes pegawai negeri tak lama setelah ia diwisuda dari IKIP dengan usahanya sendiri dan bukan karena pamannya orang dalam.
Cerita berlanjut ketika Har baru bertemu lagi dengan Hamsad lebih dari sebulan kemudian. Hamsad mengatakan bahwa istrinya ternyata tetap tidak lulus meskipun ia sudah memberikan uang suap. Har kemudian menawarkan bantuan untuk menemui Pak Syamsul dengan harapan istri Hamsad masih bisa diluluskan. Keesokan harinya Har pergi menemui Pak Syamsul namun ia terkejut mendengar Pak Syamsul yang menceritakan bahwa Hamsad merampok Sam, salah seorang stafnya di lapangan parkir sebuah bank dan kemudian menyerahkan kembali uang rampokan itu dalam bentuk uang suap. Hamsad sendiri tidak menyadari hal itu namun Sam mengenali dirinya ketika mereka bertemu di kantor Pak Syamsul. Yang membuat Har lebih terkejut lagi sekaligus tersinggung adalah tuduhan Pak Syamsul yang mengira Har terlibat dalam perampokan tersebut dengan alasan Hamsad berasal dari daerah yang sama dengan Har dan mereka juga rekan satu kantor.
Har kemudian pamit tanpa sempat membicarakan masalah kelulusan istri Hamsad. Pak Syamsul hendak menitipkan uang untuk istri Har namun Har menolak karena ia yakin istrinya masih cukup punya harga diri sehingga tidak akan sudi menerima bantuan pamannya yang berasal dari uang suap yang diberikan orang-orang yang ingin lulus sebagai pegawai negeri. Sesampainya di rumah, Har terhenyak setelah mengetahui istrinya dengan senang hati telah menerima sebuah amplop berisi uang dari pamannya yang diantarkan Sam yang jumlahnya cukup untuk membayar angsuran rumah empat kali.
Bentuk sintaktis adalah konstruksi kalimat yang mencolok dari segi stilistika karena bangunnya yang menyimpang dari susunan yang “normal”. Bentuk sintaktis dibagi ke dalam tiga jenis yang terdiri dari bentuk pengulangan, bentuk pembalikan dan bentuk penghilangan. Pada bentuk pembalikan atau inversi, terjadi perubahan terhadap urutan kata yang normal dalam kalimat. Dalam sastra fungsinya adalah agar suatu gambaran menjadi ekspresif, atau untuk memberi penekanan pada kata-kata tertentu . Dalam cerpen ini tampak pada kalimat yang diucapkan istri Har berikut ini “….Kalau terjadi kasus suap, mesti si pemberi diusut duluan,” begitu ia berkomentar. Contoh lain adalah kalimat yang diucapkan oleh tokoh Hamsad, “….Tinggi-tinggi sekolah ke Jakarta, akhirnya membanting tulang di pinggir jalan…”
Yang termasuk dalam bentuk penghilangan adalah elips. Elips terjadi jika bagian kalimat tertentu tidak ada. Dalam cerpen ini tercermin pada kalimat yang diucapkan Hamsad ketika berada di kantin. Ia berteriak, “Kopi susu sama nasi pecal.” Karena ada bagian yang dihilangkan, maka kalimat tersebut dapat diartikan macam-macam. Pilihan kita tergantung pada konteks kalimat. Jika konteks kalimatnya adalah memesan makanan, maka kalimat tersebut bisa berarti Hamsad memesan kopi susu dan nasi pecal namun jika konteks kalimatnya adalah menawarkan makanan, maka kalimat tersebut bisa berarti kantin ini menyajikan kopi susu dan nasi pecal.
Gaya semantis mengacu pada makna kata, bagian kalimat, dan kalimat dan secara umum disebut majas. Majas yang terdapat dalam gaya semantis adalah majas pertentangan, majas identitas dan majas kontiguitas. Majas pertentangan terdapat istilah antitese atau majas yang disertai dengan paralelisme sintaksis, contohnya “Ada waktu untuk datang, ada waktu untuk pergi” Dalam cerpen ini tercermin pada kalimat yang diucapkan oleh tokoh Hamsad. Kutipannya adalah sebagai berikut, “….Tapi itulah. Kalau mau berlaba mesti berugi dulu….” Majas identitas mencakup perumpamaan dan metafora yang membandingkan objek atau pengertian dan menyamakannya secara semantis. Dalam proses metaforik terdapat beberapa bentuk seperti sinestesi dan personifikasi. Perumpamaan adalah perbandingan secara eksplisit antara dua obyek atau pengertian. Hal ini tampak pada percakapan antara Har dan Pak Syamsul berikut ini, “Tunggu. Titip aku uang ini untuk istrimu.” “Tidak, terima kasih Paman. Istriku tidak suka makan daging manusia”.
Bentuk metafora adalah penghilangan bagian yang harfiah sehingga makna yang tidak ditunjukkan dalam teks harus kita tentukan sendiri untuk memperoleh pemahaman yang baik misalnya Akhir-akhir ini justru Hamsad semakin dingin kepadaku Ada pula bentuk metafora yang memiliki arti tetap yang sudah terserap ke dalam bahasa sehari-hari dengan bentuk yang hanya berupa satu kata atau ungkapan tetap, satu kalimat atau bagian kalimat . Mungkin juga kalau Hamsad datang bertamu ia sering lupa waktu. Kata-kata “lupa waktu” pada kalimat tersebut merupakan sebuah ungkapan tetap yang berarti berlama-lama melakukan sesuatu hingga melewati batas waktu yang sewajarnya. Contoh lain adalah kalimat yang diucapkan oleh Hamsad, “….Tinggi-tinggi sekolah ke Jakarta, akhirnya membanting tulang di pinggir jalan. Pergilah kau minum. Aku mau cari angin ke luar dulu.”. Kata-kata “membanting tulang” dan “cari angin” juga merupakan ungkapan tetap yang terdapat dalam bahasa sehari-hari.
Bentuk lain dalam bidang semantik adalah sinestesi yang menunjukkan aspek dari indera yang satu dihubungkan dengan indera lain, contohnya “suara yang hangat” Dalam cerpen ini tercermin pada beberapa kalimat berikut, Kalau berpapasan di kantor, ia hanya tersenyum hambar, bahkan seperti menghindar dariku. Disini indera penglihatan berupa kata “senyum” dihubungkan dengan indera pengecap berupa kata “hambar “. Aku sudah kenyang melihat kenyataan permainan dunia sekarang. Pada kalimat ini indera perasaan berupa kata “kenyang” dihubungkan dengan indera penglihatan berupa kata “melihat”.
Bentuk metafora yang banyak dijumpai adalah personifikasi dimana aspek arti dari sesuatu yang hidup dialihkan kepada sesuatu yang tidak bernyawa. Contoh dalam cerpen ini adalah “…Aku rasa dikejar-kejar dosa…” “Aku tahu istriku tidak setuju dengan praktek percaloan yang sudah mewabah akhir-akhir ini.” “….Makanya dunia ini tak adil…” Istriku menghadang di pintu sambil mengacungkan amplop gemuk.
Dalam majas kontiguitas terdapat pergantian satu pengertian dengan pengertian yang lain namun keduanya tidak memiliki hubungan persamaan melainkan hubungan kedekatan . Majas ini terbagi ke dalam dua bentuk yaitu metonimia dan sinekdok. Dalam metonimia ada kaitan makna tertentu yang dapat didorong oleh berbagai motivasi, misalnya sebab digantikan akibat atau isi digantikan wadah . Contohnya dalam cerpen adalah “…Mungkin melihat saya menggigil dan berkeringat, ia rampas empat ikat dan langsung memasukkan ke dalam kemejanya…”Disini kata “ikat” mewakili isinya, yaitu uang.
Dua bentuk yang paling terkenal dalam sinekdok adalah totum pro parte dan pars pro toto. Totum pro parte adalah penyebutan keseluruhan menggantikan apa yang sebenarnya merupakan suatu bagian. Contohnya “…Lagi pula jurusan Bahasa Inggris masih banyak dibutuhkan….” “…Kalau aku melanjutkan usaha beliau, apa kata dunia?…” Pada kalimat pertama terdapat penyebutan keseluruhan yaitu “jurusan Bahasa Inggris” yang menggantikan apa yang sesungguhnya merupakan suatu bagian yaitu para calon pegawai negeri. Sedangkan pada kalimat kedua terdapat penyebutan keseluruhan yaitu “dunia” yang menggantikan apa yang sesungguhnya merupakan suatu bagian yaitu orang-orang di sekitar sang tokoh.




( 5 )
MUSIKALISASI PUISI
MENCOBA MEMAHAMI MUSIKALISASI PUISI
Tulisan ini sebelumnya berangkat dari makalah dengan judul yang sama, yang disajikan oleh Emong Soewandi pada Seminar Sastra dalam rangka memperingati Hari Chairil Anwar di Universitas Bengkulu, 28 April lalu. Diturunkan kembali di sini dengan beberapa penyesuaian sistematika untuk artikel.
Musikalisasi Puisi; Definisi yang Tak-Terdefinisikan
Apa itu musikalisasi telah menimbulkan suasana konflik pengertian atasnya di Bengkulu. Beberapa waktu yang lalu, saya mendengar dan menerima langsung keluhan beberapa kawan-kawan dan guru-guru, yang berangkat dari ketidakpuasan mereka atas lomba-lomba musikalisasi puisi yang diselenggarakan. Ketidakpuasaan yang kemudian menciptakan konflik ini terjadi, karena adanya perbedaan tentang pengertian musikalisasi puisi antara mereka/peserta dengan dewan juri/panitia.
Realitanya, belum ada definisi musikalisasi puisi yang mutakhir. Bahkan dalam banyak buku-teks sastra tidak mengenal, apalagi pembahasannya tentang musikalisasi puisi. Selain itu, istilah musikalisasi puisi sendiri pun belum disepakati secara umum. Ada beberapa seniman atau sastrawan yang menolak istilah itu. Musikalisasi puisi dipandang sebagai istilah yang kurang tepat dan rancu
Dari kondisi ini, maka dapat saja setiap individu memberikan pengertian yang berbeda-beda tentang konsep musikalisasi puisi. Beberapa situasi pemahaman atas musikalisasi adalah sebagai berikut:
• bahwa dalam musikalisasi puisi tidak boleh ada orang membaca puisi, jika ada pembacaan puisi, maka itu bukan musikalisasi puisi;
• bahwa dalam musikalisasi puisi boleh saja ada orang membaca puisi, sebab tidak semua kata-kata dalam puisi bisa dimusikalisasikan;
• bahwa orang membaca puisi diiringi alat musik bukan musikalisasi puisi; dan
• bahwa orang membaca puisi diiringi alat musik juga merupakan kegiatan musikalisasi puisi
Mengapa musikalisasi puisi tidak terdefinisikan? Dan mengapa pula istilah itu sering ditolak?
Pertama, bahwa secara etimologi musikalisasi puisi merupakan dua konstruksi yang hampir identik, yakni musik dan puisi. Puisi telah memiliki musik tersendiri (akan dijelaskan kelak), maka mengapa pula lagi harus dimusikalisasikan dengan memberikan unsur musik kepada puisi. Imam Budi Santosa pernah mengusulkan istilah musik puisi, yang tekanannya pada kolaborasi musik dan puisi. Sementara dalam musikalisasi puisi, puisi yang memiliki aturan-aturan dan kaidah-kaidah sendiri dipandang harus tunduk menjadi objek, yang bisa diperlakukan apa saja dalam proses itu.
Kedua, musikalisasi puisi merupakan kegiatan yang bersifat kreatif. Kreatif, artinya gagasan memusikalisasikan puisi didasari oleh dan dari keinginan-keinginan individual bersifat subyektif yang bertujuan untuk kepuasan pribadi. Puisi, selain sebagai karya sastra yang harus diinterpretasikan, juga dapat menjadi medium kreativitas. Sama seperti dramatisasi puisi, yang juga merupakan kegiatan kreatif. Dan ketiga, karena bersifat kreatif, maka musikalisasi puisi pun tidak memiliki kategori-kategori, batasan, atau aturan-aturan yang bersifat mengikat.
Pengertian Musik; Musik Tidak Identik dengan Lagu
Musik (music) sering dipahami sama dengan lagu (song). Berangkat dari pengertian inilah, maka musikalisasi puisi sering terjerumus pada anggapan mengubah sebuah puisi menjadi lagu. Ini jelas kurang tepat, karena musik tidak identik dengan lagu.
Musik yang berasal dari bahasa Inggris, music, (apa padanannya dalam bahasa Indonesia?) secara sederhana memiliki pengertian berirama, suatu susunan bunyi-bunyi bernada yang membentuk sebuah irama tertentu yang harmoni. Sementara pengertian lagu (dari bahasa Arab; al laghwu) lebih ditujukan pada suatu teks yang dengan sengaja dan sadar dinotasikan dengan nada-nada tertentu dan dibentuk oleh melodi.
Tanpa lagu pun sebuah konstruksi musik pun tetap dapat terbangun. Simponi klasik misalnya, secara umum tidak memiliki teks. Demikian juga instrumentalia ala Kitaro, Kenny G., atau Francis Goya sebagian besar juga tidak memiliki teks. Selain itu ada juga nyanyian, seperti nasyid, choral, al chapella, rubaiyah, syair atau gending, yakni lagu yang mengandalkan kemampuan musik alami manusia dan tidak memerlukan alat musik pengiring.
Musik dalam Puisi: Irama, Rima dan Ragam Bunyi Sebagai Unsur Musik dalam Puisi
Satu konvensi dalam menulis puisi yang diikuti penyair adalah kemampuan untuk membangun unsur musik dalam karyanya itu, dalam hal ini irama. Ini sering terlupakan oleh kita dalam kegiatan musikalisasi puisi, bahwa puisi sendiri telah memiliki unsur musik.
Penyair ketika menyusun kata-kata dalam puisinya akan memperhitungkan irama, agar suasana dan makna puisi tersebut dapat tercapai. Tanpa harus mengatakan suasana apa dalam puisi, tetapi dengan mengatur komposisi kata-kata, maka puisi akan dapat membangun suasana.
Menyusun rima salah satunya, adalah satu kegiatan untuk mengatur fisik puisi agar tercipta irama. Kita mengenal dalam puisi ada rima akhir, rima awal, ada asonansi (runtun bunyi-bunyi vokal) dan ada aliterasi (runtun bunyi-bunyi konsonan). Penggunaan kata-kata onomatope juga berfungsi untuk membangun suasana musikal pada puisi. Selain itu ada juga bunyi cachoponi dan euphony yang berfungsi membentuk suasana musikal pada puisi.
Dari penjelaskan di atas, maka selain sama-sama memiliki teks, kesamaan dasar antara puisi dan lagu, yakni sama-sama memiliki unsur musik.. Perbedaannya terletak pada materi dasar pembentukan musik itu. Jika musik pada puisi dibentuk oleh kata dan komposisi kata, maka musik pada lagu dibentuk oleh nada dan melodi.
Hakikat Puisi adalah Pembacaan; Keterbatasan Musikalisasi Puisi
Puisi tercipta untuk dibaca, karenanya membaca dan puisi bagai dua sisi keping mata uang. Pembacaan diperlukan karena puisi mengandung sistem kode yang rumit dan kompleks. Ada kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. Untuk memahami sebuah puisi, maka pengetahuan akan ketiga kode ini sangat diperlukan.
Musikalisasi puisi pun harus beranjak dari konsep pembacaan ini. Pembacaan yang diintegrasikan dengan nada dan melodi dapat memperkuat suasana puisi, memperjelas makna dan ikut membantu membentuk karakter puisi itu sendiri. Karena itu, dalam kegiatannya, jangan memaksakan totalitas puisi menjadi lagu, jika memang dapat merusak, bahkan menghancurkan puisi itu sendiri.
Banyak bagian puisi hanya akan kuat kalau dibacakan, yang justru akan hancur kalau dilagukan. Misalnya tempo dan negasi.
Tempo dalam puisi berfungsi untuk mendapat efek, dan negasi (saat diam) berfungsi untuk menciptakan suasana kontemplatif, sugestif dan aperseptif dalam sebuah puisi. Dalam pembacaan puisi, negasi juga bisa membantu seorang pembaca untuk improvisasi, jika mengalami “habis napas”. Dalam satu bait puisi dapat dimungkinkan terdapat beberapa tempo yang berbeda, dan bisa terjadi beberapa kali perubahan negasi.
Sementara pada lagu, negasi tidak ada. Persamaan istilah yang mungkin mendekati adalah kadens. Pada lagu kadens adalah jeda antara satu frase dengan frase berikutnya, bait satu ke bait berikutnya, atau saat menuju refrain dan fading. Sedangkan tempo pada lagu dikandung oleh satu konstruksi bait, yang ditentukan kecepatan gerak pulsa dalam tiap-tiap notasi. Namun, keseluruhan lagu tersebut dapat pula lebih dahulu ditentukan temponya, seperti adanya istilah-istilah forte, piano forte, allegro, adagia dan sebagainya.
Tempo dan kadens pada lagu umumnya bersifat permanen dan telah ditentukan sebelumnya oleh pencipta lagu tersebut. Sedangkan, tempo dan negasi pada puisi dipengaruhi oleh dua hal, pertama suasana asli puisi dan kedua ditentukan oleh situasi apresiasi.
Tempo dan negasi adalah dua ciri khas membaca puisi yang sulit untuk dilagukan. Jika pun dipaksa untuk dilagkan, maka dapat terjadi disharmoni irama lagu itu sendiri. Karena itu, dalam kegiatan musikalisasi puisi, bait dan bagian-bagiannya atau beberapa larik dalam bait jika memiliki tempo dan negasi yang ketat, maka pada bagian ini disarankan untuk tetap dibacakan, tidak dilagukan. (Sebagai modifikasinya dan improvisasi, pada bagian ini diisi saja dengan bunyi alat musik).
Selain tempo dan negasi, enjambemen puisi merupakan hambatan tersendiri dalam musikalisasi puisi. Enjambemen adalah pemenggalan baris dan hubungan antara baris. Dengan adanya enjambemen ini, maka pemenggalan baris-baris puisi oleh penyairnya menentukan makna puisi. Banyak puisi yang secara tipografik tidak menggunakan tanda baca atau tidak mengenal huruf kapital, hingga menjadi kesulitan tersendiri dalam menentukan enjambemen suatu puisi. Suatu tindakan yang sangat tidak apresiatif, jika kita mengorbankan enjambemen sebuah puisi, atau tidak mengindahkannya dalam kegiatan musikalisasi puisi, demi harmonisasi irama lagu.
Puisi harus tetap puisi. Musikalisasi puisi harus tetap menghormati puisi sebagai teks sastra, tidak bertujuan mengubahnya sebagai teks lagu. Puisi dasarnya tidak ditujukan sebagai teks lagu, maka banyak puisi memiliki peluang yang kecil untuk dapat dilagukan. Teks puisi diciptakan oleh penyairnya pada hakikatnya adalah untuk dibaca, sedangkan teks lagu dibuat memang dengan tujuan untuk dilagukan.
Tan Lio Ie menyatakan, jangan menjadikan puisi subordinat dalam musikalisasi puisi. Pernyataan benar, karena banyak keterbatasan dalam memusikalisasikan puisi. Jangan mengorbankan puisi demi menjadi lagu, walaupun menjadi lagu yang baik sekalipun, namun merusak puisi itu
MENYUSUN ULANG KONVENSI DI SEKITAR MUSIKALISASI PUISI
Membaca Puisi Diiringi Alat Musik Bukan Musikalisasi Puisi
Pemikiran ini mungkin tidak bisa begitu dipaksakan. Dalam Materi Pelatihan Bahasa dan Sastra Indonesia Kurikulum Berbasis Kompetensi dijelaskan, bahwa kegiatan membaca puisi diiringi alat musik termasuk kegiatan musikalisasi puisi. Penjelasan ini, bagi para juri atau panitia lomba musikalisasi puisi, harus dipertimbangkan, agar tidak bersikukuh mengatakan membaca puisi diiringi alat musik bukan musikalisasi puisi.
Namun teta diperhatikan, bahwaalat musik tersebut tidak hanya sekedar mengiringi pembacaan puisi belaka, yang mungkin membuat puisi cuma jadi semakin enak dinikmati. Fredy Arsi, pemimpin Sanggar Matahari yang bekerja sama dengan Pusat Bahasa telah mengeluarkan album musikalisasi puisi, menyarankan agar musik atau alat musik di sini harus mampu berintegrasi dengan puisi, di mana musik yang dipergunakan memang diaransemen atau diimprovisasikan untuk dapat mengikuti irama dan musik yang ada pada puisi dan semakin memperjelas suasana puisi.
Lagu-lagu Ebiet G. Ade sebagai Contoh
Lagu-lagu Ebiet G. Ade sering dijadikan contoh sebagai hasil musikalisasi puisi. Ini jelas kurang tepat dan kurang dapat dipertanggungjawabkan. Kita lupa, bahwa Ebiet G. Ade tidak mencipta puisi, tetapi dia memang mencipta lagu. Ebiet G. Ade tidak dapat dianggap sebagai penyair, dia adalah pencipta lagu dan penyanyi. Belum pernah ada, misalnya antologi puisi-puisi Ebiet G. Ade.
Benar, sebagian lagu-lagu yang dibawakan oleh Bimbo adalah hasil musikalisasi puisi, sebut saja lagu “Salju”, puisinya Wing Kardjo, “Balada Sekeping Taman Surga”, “Sajadah” atau “Rindu Kami Padamu Ya Rasul” merupakan puisi-puisi Taufik Ismail. Benar pula ada lagu-lagu Iwan Fals berangkat dari musikalisasi puisi, seperti “Kantata Takwa” dan “Sang Petualang” dan “Paman Doblang” adalah puisi-puisi Rendra, di mana dalam lagu ini kita mendengar Rendra membaca puisi, sementara lagu “Belajar Menghargai Hak Azasi Kawan” adalah musikalisasi puisi mbelingnya Remi Sylado. Sementara “Perahu Retak” karya Taufik Ismail dimusikalisasikan oleh Franky Sahilatua.
Benar pula, lagu-lagu Ebiet G. Ade sebagaimana juga lagu-lagu Leo Kristi, Ulli Sigar Rusady, Franky dan Jane, lagu-lagu Gombloh 1970-an dan juga sebagian lagu-lagu Katon Bagaskara memiliki kata-kata yang puitik, tetapi itu semua bukan puisi. Itu semua adalah lagu! Bahkan, banyak lagu-lagu puitik tersebut tidak begitu berhasil ketika dibacakan atau dideklamasikan, karena memang struktur dasarnya adalah untuk dilagukan, bukan dibaca.
Monotonitas Irama
Irama pada puisi yang dilagukan umumnya cenderung monoton. Produksi nada umumnya adalah staccato, dengan nada-nada pendek dan terputus-putus. Ini tidak saatnya lagi. Jangan ragu melagukan puisi dalam irama rock atau dangdut sekalipun, jika memang teks puisi memiliki peluang untuk itu.
Metode Alternatif Pembelajaran Apresiasi Puisi
Yonas Suharyono, S.Pd,MM.Pd
.......................
Perahu melancar bulan memancar,
Di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
Angin membantu laut terang
Tapi terasa aku tidak ‘kan sampai padanya
........................
Bait kedua puisi Cintaku Jauh Di Pulau di atas terasa begitu bermakna ketika dinyanyikan oleh salah seorang peserta pemilihan Bintang Radio dan Televisi tingkat nasional beberapa tahun lalu. Dengan kualitas vokal yang begitu prima didukung teknik yang nyaris sempurna peserta tersebut berhasil mengungkapkan makna tiap-tiap larik bahkan tiap-tiap kata puisi tersebut dengan kedalaman imajinasinya. Lonpatan interval melodi yang diambil dari tangga nada minor ikut memberi tekanan pada segi pemaknaan. Adalah FX. Soetopo yang menggubah lagu untuk puisi Chairil Anwar tersebut karena ternyata bukan saja puisi menjadi lebih bermakna, lebih dari itu, tokoh musik ini telah berhasil menepis isu masyarakat sastra bahwa puisi yang dilagukan akan kehilangan makna.
A. Musikalisasi Puisi
Musikalisasi puisi bukan barang baru di dunia seni. Kelompok musik Bimbo, misalnya, mereka sangat ekspresif menyanyikan puisi-puisi Taufiq Ismail atau Wing Kardjo. Sebut saja puisi Dengan Puisi Aku ciptaan Taufiq Ismail telah berhasil disenandungkan dengan baik tanpa mengubah makna puisi tersebut. Atau puisi Salju karya Wing Kardjo yang begitu manis dengan iringan dentingan gitar dan sedikit orkestrasi gaya khas Bimbo. Beberapa tahun kemudian muncul Ebiet G Ade yang mengusung puisi-puisi ciptaannya ke dalam bentuk-bentuk melodi baladis. Masih banyak lagi tokoh-tokoh musik yang memusikkan puisinya seperti : Yan Hartlan dan Rita Rubi Hartlan, juga Uli Sigar Rusady.
Tentu saja tidak semua puisi dapat dimusikalisasikan. Puisi-puisi yang bertipografi tertentu tidak bisa dibangun melodi. Dalam hal ini Rene Wellek dalam Teori Kesusastraan menyebutkan, melodisasi puisi (penggunaan notasi) sulit diterapkan pada puisi yang mirip percakapan, pidato. Puisi Cintaku Jauh Di Pulau dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu tersebut di atas memungkinkan untuk dibangun melodi karena terdiri dari bait-bait dengan jumlah baris yang berpola. Pola pembaitan tersebut memudahkan komposer (penyusun musik) untuk membagi-bagi ke dalam pola birama tertentu.
Musikalisasi puisi acap kali diartikan sebagai teknik pembacaan puisi dengan iringan orkestrasi musik baik yang sederhana maupun orkes ansambel atau simponi. Musikalisasi puisi pada praktiknya baru sampai pada tahap mengiringi pembacaan puisi dengan beberapa alat musik seperti gitar, piano, dan alat ritmik yang lain. Memang ada sebagian dari mereka sudah menyanyikannya namun belum disusun dalam bentuk teks lagu. Sedangkan musikalisasi yang sebenarya (melodisasi puisi) dalam konteks ini sudah merupakan kegiatan menyanyikan puisi total dengan memberi melodi, pola ritme, pemilihan jenis tangga nada, hingga pemberian rambu-rambu dinamik dan ekspresi pada puisi tertentu. Pada praktiknya, kegiatan menyanyikan puisi ini lebih menarik diterapkan pada sekolah-sekolah, mulai sekolah dasar hingga sekolah lanjutan. Kegiatan musikalisasi puisi jenis ini ternyata diminati mereka yang ingin menggunakan cara lain dari sekadar membaca puisi. Anak-anak usia SD hingga SMU, dari tahap pengkhayal hingga tahap realistik sudah dapat diajak menyanyikan puisi, tentu saja dengan tidak menghilangkan otoritas puisi sebagai suatu karya seni. Otoritas puisi sebagai salah satu karya seni harus tetap dijaga, sehingga makna yang terkandung di dalamnya tetap utuh, tidak bergeser.
B. Mengapa Puisi Dinyanyikan?
Jika kita mencermati lagu-lagu anak-anak muda masa kini, dengan tidak mengabaikan proses kreatifitas mereka, kita dihadapkan pada ungkapan-ungkapan yang serba sederhana, polos dan vulgar. Menangkap syair dalam lagu mereka hampir tidak memerlukan energi untuk menafsirkan makna. Yang penting bagi mereka adalah pesannya capat sampai pada sasaran. Musik rap adalah satu contoh bagaimana kata-kata disusun secara sederhana, tidak perlu melalui proses kontemplasi terhadap nilai-nilai estetis. Perenungan terhadap nilai estetis itulah yang kita harapkan bisa menambah wawasan berkesenian, sekaligus sebagai sarana apresiasi terhadap suatu karya seni. Dari sinilah siswa dapat menghargai karya seni dan mempunyai kepekaan terhadap sesuatu yang indah.
Jika hal ini dapat diterapkan, tidak sia-sia FX. Soetopo dan RAJ. Soedjasmin membuat komposisi untuk dua puisi Chairil Anwar tersebut. Masalah yang dihadapi kemudian adalah, bagaimana tanggapan sastrawan khususnya penyair, terhadap gagasan melodisasi puisi ini. Pro dan kontra selalu terjadi terhadap sesuatu yang belum pernah dicobakan. Lazim atau tidak, setuju atau menolak, yang jelas tidak semua penyair mencak-mencak ketika puisinya menjadi populer ketika dinyanyikan. Ketika seorang Ebiet G Ade menyanyikan puisi-puisinya dan laris di pasaran kaset, L. Tengsoe Tjahjono berpendapat lain terhadap proses kreatif ini. Toh Ebiet, Bimbo, dan Taufiq Ismail tetap berjalan beriringan. Segi intrinsik dan otoritas puisi sebagai karya sastra tidak akan terganggu sebagaimana yang diutarakan pengamat sastra tadi. Jika ada cara lain yang lebih menarik dan diminati siswa dalam mengapresiasi puisi, mengapa tidak dicobakan dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya puisi. Uraian ini sekadar mencari alternatif lain cara mengapresiasi puisi disamping cara yang sudah biasa dilakukan seperti pembacaan puisi dan berdeklamasi.
C. Manfaat Yang Diperoleh
Musikalisasi puisi yang dimaksud pada buku ini bukan sekadar membacakan puisi dengan diiringi permainan musik seperti kebanyakan orang melakukannya, tetapi sudah melibatkan penggunaan unsur-unsur musik antara lain : melodi, irama/ritme, harmoni, yang diwujudkan dalam bentuk lembaran musik (partitur).
Untuk lebih memudahkan penyampaian kepada siswa dan guru yang tidak terbiasa membaca notasi balok maupun angka, guru bisa memanfaatkan kaset rekaman yang mudah di dapat. Guru bersama-sama siswa tentu akan lebih mudah melakukan apresiasi puisi dari media tersebut dibandingkan sekadar membacakannya. Untuk melengkapi bahan apresiasi, guru bisa mengumpulkan media serupa yang diambil dari kaset lagu-lagu Bimbo, Ebiet G Ade, Rita Rubbi Hartlan, dan lain-lain.
1. Bentuk Karya
Bentuk fisik karya Musikalisasi Puisi ini ada 2 (dua), yakni teks lagu (partitur) dan media Compact Disk (CD) atau kaset yang berisi rekaman puisi yang dibacakan dan dilagukan.
a. Partitur musik : adalah teks lagu yang berisikan puisi-puisi yang diaransemen ke dalam bentuk lembaran musik yang berupa : melodi, irama/ritme, dan harmoni, (teks terlampir)
b. Compact Disk atau kaset rekaman : adalah hasil rekaman pembacaan puisi dan nyanyian yang diambil dari puisi yang sudah dibacakan.
Kedua bentuk fisik tersebut akan sangat membantu baik guru maupun siswa dalam mengapresiasi sebuah puisi.
Karya ini bermanfaat tidak saja bagi siswa dan guru, tetapi juga bagi komunitas pencinta sastra khususnya apresian puisi.
2. Manfaat bagi siswa
a. mudah menghafal puisi mulai dari pembaitan hingga tipografi puisi,
b. mudah memahami isi puisi dari penggunaan tangga nada dan pola ritme,
c. memberikan keleluasaan bagi siswa untuk memilih cara yang paling mudah untuk mengapresiasi puisi,
d. memberikan tambahan khasanah lagu baru di samping lagu-lagu yang sudah biasa dinyanyikan,
e. mengajari siswa untuk menhargai karya orang lain,
f. mengajari siswa untuk bersikap positif,
3. Manfaat bagi guru
a. memudahkan guru untuk mengajarkan pembelajaran apresiasi puisi,
b. memberikan variasi pilihan/alternatif pembelajaran puisi di kelas,
c. memancing guru untuk kreatif dan inovatif dalam pembelajaran sastra dan Bahasa Indonesia pada umumnya,
d. memperkaya khasanah lagu bagi guru,
4. Manfaat bagi pencinta/apresian
a. memberikan pilihan alternatif bagi apresian untuk mengapresiasi puisi,
b. memancing kreativitas para pencinta sastra untuk mengembangkan daya imajinasinya,
5. Dampak/Pengaruh Yang Diharapkan
Dampak dan pengaruh yang ditimbulkan dari mengapresiasi karya sastra ini adalah :
1. Bagi siswa :siswa lebih menyenangi pembelajaran sastra,terbentuknya sikap dan moral siswa untuk menghargai karya orang lain, menghargai alam ciptaan Tuhan, mencintai kedamaian, dll, siswa mendapatkan pengalaman baru dari mengapresiasi puisi,
2. Bagi guru :
guru lebih kreatif dalam memberikan pembelajaran apresiasi sastra,
guru lebih menyenangi pembelajaran apresiasi sastra,
guru merasa lebih yakin memberikan pembelajaran di depan kelas,
Dampak yang langsung dirasakan baik bagi siswa maupun guru adalah terciptanya iklim yang sejuk dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang menggunakan pendekatan komunikatif bisa langsung dirasakan oleh guru maupun siswa.
Metode Musikalisasi Puisi ini sifatnya universal dan sangat fleksibel dalam penerapannya. Semua jenjang pendidikan, mulai SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA tentulah mendapatkan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, oleh karena itu sangat tepat jika metode ini diterapkan. Tentu saja puisi-puisi yang dijadikan bahan apresiasi serta tingkat kesulitan lagunya disesuaikan dengan usia jenjang pendidikan.
D. Bagaimana Metode Musikalisasi Puisi Diterapkan?
Tentu tidak semua guru bahasa Indonesia dapat menerapkan metode ini karena tidak semua guru bahasa bisa menyanyi apalagi mengajarkanya kepada siswa siswa. Cara paling mudah adalah mendengarkan hasil rekaman yang berisi puisi-puisi yang sesuai untuk diajarkan di jenjang pendidikan tertentu. Puisi-puisi Taufiq Ismail dan Wing Kardjo yang penulis sebutkan di atas sesuai untuk usia SMP dan SMA dengan pertimbangan bahwa puisi tersebut mudah untuk dipahami maknanya. Hasil rekaman berbentuk kaset sudah lama dikenal orang. Cara kedua yakni dengan melibatkan guru kesenian yang ada untuk mengajarkan bagaimana mengajarkan membaca notasi dan melagukannya. Tahap pemaknaan tetap dilakukan oleh guru bahasa bersangkutan. Puisi Cintaku Jauh Di Pulau atau Aku (Semangat) karya Chairil Anwar sudah digubah dalam bentuk lagu oleh FX. Soetopo dan RAJ. Soedjasmin. Kedua puisi tersebut, menurut Situmorang sesuai diajarkan untuk tingkat SMU.
Untuk mendukung penerapa teknik musikalisasi puisi perlu sedikit penguasaan unsur-unsur musik secara umum. Unsur-unsur musik yang dimaksud adalah : nada, melodi, irama, harmoni, serta unsur pendukung lain seperti ekspresi, dinamika, serta bentuk lagu.
1. Nada
Nada merupakan bagian terkecil dari lagu. Nada (tone) dalam pengertian musik adalah suara yang mempunyai getaran tertentu dan mempunyai ketinggian tertentu. Nada dalam tangga nada diatonis mempunyai jarak interval tertentu juga. Dalam kegiatan musikalisasi puisi nada merupakan unsur dasar.
2. Melodi
Nada-nada (tone) di atas akan bermakna jika disusun secara horizontal dengan lompatan-lompatan (interval) tertentu. Nada-nada yang disusun secara horizontal dengan lompatan (interval) tertentu itu dinamakan melodi. Melodi inilah yang kemudian menjadi kalimat lagu dan terdiri dari frase-frase serta tema tertentu. Deretan melodi kemudian menjadi lagu.
3. Irama
Irama menentukan bentuk lagu. Irama di dalam musikalisasi puisi menjadi sangat penting untuk memberi jiwa dari puisi yang diapresiasi. Puisi yang bersemangat seperti “Aku”-nya Chairil Anwar menjadi lebih bermakna dengan penggunaan birama 4/4 dengan tempo sedang serta perubahan tempo accelerando (dipercepat) dan rittardando (diperlambat). Birama (sukat) adalah (angka pecahan : 2/4, ¾, 4/4, 6/8, 9/8) yang merupakan petunjuk akan jiwa lagu. Puisi-puisi baladis Ebiet G Ade kebanyakan menggunakan birama 4/4, sedangkan puisi-puisi religius Taufiq Ismail digubah Bimbo dengan birama ¾. Meskipun birama ¾ kebanyakan digunakan untuk lagu-lagu walz, tetapi ternyata serasi dengan puisi religius dengan orkestrasi versi Bimbo.
4. Tangga nada
Penggunaan tangga nada berpengaruh besar terhadap penjiwaan puisi. Di dalam musik tangga nada diatonis (terdiri 7 nada pokok dan 5 nada sisipan) merupakan tangga nada yang banyak dipakai dalam musikalisasi puisi, sedangkan tangga nada pentatonic lebih banyak dipakai dalam seni musik tradisional jawa (karawita) seperti macapatan. Penggunaan tangganada minor dipakai untuk puisi-puisi atau lagu yang berjiwa melankolis, sendu, sedih, duka, pesimistis. Sajak “Cintaku Jauh Di Pulau”-nya Chairil Anwar sangat sesuai dengan tangga nada minor, sedangkan “Semangat”-nya Chairil Anwar lebih gagah dengan menerapkan tangga nada mayor yang lebih dekat dengan jiwa optimis, gagah, berani, riang, gembira.
Lagu-lagu yang menggunakan tangga nada mayor memang kebanyakan bersemangat, optimistis, dan riang, sedangkan penggunaan tangga nada minor lazimnya digunakan untuk lirik-lirik yang melankolis, pesimistis, duka, lara. Dalam seni musik, tangga nada mayor dan minor kadang-kadang digunakan dalam satu lagu. Lagu “Sepasang Mata Bola”, ciptaan Ismail Marzuki merupakan salah satu contoh penggunaan tangga nada minor. Awal lagu itu menggunakan tangga nada minor sesuai dengan lirik bait 1 dan 2, sedangkan pada bait refrain (bait yang sering diulangi) menggunakan tangga nada mayor.
Tangga nada pentatonic (5 nada pokok) kebanyakan digunakan dalam seni musik tradisional (seni karawitan). Namun demikian tangga nada ini juga sering mewarnai penggunaan tangga nada diatonis minor, terutama laras pelog yang memang bias disejajarkan dengan tangga nada diatonis.
5. Tempo
Tempo menentukan karakter lagu. Tempo secara umum adalah sesuatu yang berhubungan dengan cepat lambatnya lagu dinyanyikan (musik dimainkan). Dalam permainan musik, tempo dinyatakan dengan tanda yang merupakan rambu-rambu yang harus ditepati dalam menyanyikan lagu. Pengelompokan tempo terdiri dari golongan tempo cepat, tempo sedang, tempo lambat, serta perubahannya. Kecepatan lagu diukur dengan alat pengukur yang disebut Metronome buatan Maelzel. Metronome ini yang akan memberikan petunjuk seberapa cepat dan seberapa lambat lagu dinyanyikan.
6. Tempo lambat
Lento = lambat
Adagio = lambat sedang
Largo = lambat sekali
7. Tempo sedang
Andante = seperti orang berjalan
Moderato = sedang
8. Tempo cepat
Allegro = cepat
Allegretto = agak cepat
Presto = sangat cepat.
9. Tempo perubahan
Rittenuto (ritt) = dipercepat
Accelerando (accel) = diperlambat
A tempo (tempo primo) = kembali ke tempo semula.
6. Dinamik
Kadangkala suatub lagu dinyanyikan dengan sangat lembut pada awal penyajian, kemudian berangsur-angsur keras, atau mendadak keras, kembali melembut pada bagian tertentu, kemudian mengeras atau melembut pada bagian akhir (ending). Perubahan keras-lembutnya lagu ini akan memberikan nuansa penjiwaan pada penyajian lagu. Di dalam musik, keras lembutnya lagu ini ditandai dengan rambu-rambu dinamik, sedangkan tanda-tandanya disebut tanda dinamik yang berupa istilah maupun tanda (signal). Rambu-rambu dinamik itu ditulis di bagian-bagian lagu yang memerlukan perubahan keras-lembut.
Sekadar gambaran, secara garis besar dinamik dibagi menjadi 2 bagian yakni :
a. Tanda dinamik keras :
f = forte, berarti keras
ff = fortissimo, berarti sangat keras
fff = fortissimo assai, berarti sekeras-kerasnya
mf = mezzoforte, setengah keras.
Keterangan : batas antara forte dan fortissimo, serta fortissimo assai relatif kecil, karena di dalam musik vocal batas dinamik tersebut tidak dapat diukur dengan alat.
b. Tanda dinamik lembut :
p = piano, berarti lembut
pp = pianissimo, berarti sangat lembut
ppp = pianissimo possible, berarti selembut-lembutnya
mp = mezzopiano, setengah lembut.
Keterangan : batas antara piano dan pianissimo, serta pianissimo possible relatif kecil, karena di dalam musik vocal batas dinamik tersebut tidak dapat diukur dengan alat.
c. Perubahan dinamik :
Perubahan dinamik dibimbing dengan penggunaan tanda (signal) atau istilah pada bagian lagu yang memerlukan perubahan. Tanda-tanda tersebut antara lain :
< : crescendo, berarti menjadi keras
> : decrescendo, berarti menjadi lembut
<> : meza di voce, berarti menjadi keras kemudian kembali menjadi lembut dalam satu frase,
7. Ekspresi
Ekspresi menjadi bagian terpenting dalam menyajikan sebuah lagu. Keberhasilan menterjemahkan karya seni musik menjadi tantangan terbesar bagi seorang penyanyi dalam membawakan sebuah lagu. Dalam lembaran musik, ekspresi selain timbul secara alamiah dari seorang penyanyi (internal), juga dapat dituntun dengan tanda (signal) berupa istilah, ungkapan dalam bahasa asing. Istilah ekspresi itu lazimnya ditulis pada bagian awal lagu setelah tanda birama (sukat), tetapi kadangkala juga ditulis di bagian tengah lagu yang memerlukan perubahan ekspresi. Lagu “Cintaku Jauh Di Pulau”, karya Chairil Anwar, digubah ke dalam lagu oleh F.X. Soetopo dengan membubuhkan tanda ekspresi Andante Con Expresivo, yang merupakan gabungan dari tanda tempo Andante, berarti pelan, dan Con Expresivo, berarti dengan penuh ekspresi. Tentu saja setiap lagu mempunyai ekspresi berbeda tergantung isi/tema puisi/liriknya.
8. Harmoni
Harmoni menjadi sangat dibutuhkan ketika musikalisasi puisi sudah sampai pada tahap orkestrasi yang melibatkan unsur instrumen musik iringan. Pada tahap ini peran iringan adalah memadukan unsur melodi, ritme, tempo, dinamik, serta ekspresi lagu. Harmoni selalu dikaitkan dengan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara unsur yang satu dengan lainnya. Di dalam musik, harmoni juga berarti keselarasan antara unsur-unsur musik. Pada seni musik karawitan Jawa, harmoni sering dikaitkan dengan istilah ‘nges’, yaitu rasa musikal yang memadukan antarunsur, sedangkan dalam musik umum, selain ‘nges’, harmoni juga berarti keterpaduan antara nada satu dengan nada yang lain.
Pengertian praktis dan sederhana, harmoni dalam musik diatonis adalah dua nada atau lebih (dwinada, trinada) pada tangga nada diatonis dibunyikan secara bersamaan yang menghasilkan perpaduan nada yang harmonis. Perkembangan berikutnya, gabungan nada-nada tersebut dikelompokkan menjadi tingkata-tingkatan akor (harmoni) yang kelak akan sangat memberi dukungan pada penyajian lagu.
Pada praktik penyajian musikalisasi puisi, peran harmoni ini ditumpukan kepada instrumen harmonis, seperti (yang paling ringan) adalah gitar. Gitar merupakan alat paling sederhana dan relatif mudah dalam membentuk harmoni dalam musikalisasi puisi. Pada tingkat yang lebih sulit dan relatif mahal, peran gitar biasanya digantikan oleh piano, harpa, atau ansambel, bahkan orkes besar seperti simponi. Rambu-rambu harmoni pada tulisan musik (partitur) biasanya sudah ditulis oleh penyusun komposisi, namun dalam musikalisasi puisi, rambu-rambu itu bukan harga mati, artinya pelaku musikalisasi puisi dapat membuat variasi hiasan (ornamentasi) musikal sejauh masih dalam batas wajar dan enak dinikmati dari segi audio.
Penggunaan harmoni manual pada piano untuk musikalisasi puisi sering kita dengarkan pada penyajian lagu-lagu seriosa Indonesia seperti festival pemilihan bintang radio dan televisi tahun-tahun 80-an, sedangkan Bimbo, Ulli Sigar Rusady, Ebiet G Ade, banyak menggunakan gitar dan orkestrasi.
9. Bentuk Lagu
Bentuk lagu yang dimaksud adalah komposisi lagu secara tertulis/tekstual. Bentuk lagu akan tergantung kepada tipografi lirik yang diikutinya. Kalimat lagu akan disesuaikan dengan struktur pembaitan puisi yang dimusikkan. Puisi lama seperti pantun, seloka, gurindam yang mempunyai struktur pembaitan baku akan lebih mudah untuk dibentuk kalimat lagu, namun bukan berarti puisi baru dengan tipografi yang tidak jelas pembaitannya tidak bias dibuat lagu. Puisi-puisi Sutardji Calzoum Bacri bahkan bias dibuat komposisi musik.
Pada sajak “Pahlawan Tak Dikenal” karya Toto Sudarto Bachtiar, pembaitannya cukup membantu untuk dibuat komposisi lagu. Struktur kalimat lagu menjadi mudah dipolakan. Sedangkan sajak “Semangat”, yang kemudian diubah menjadi “Aku” oleh pengarangnya sendiri Chairil Anwar begitu sulit memolakan pembaitan musik, namun demikian R.A.J.Soedjasmin, penggubah lagu untuk sajak tersebut begitu manis dan rapi menyusun kalimat lagunya sehingga sajak tersebut menjadi lebih bermakna ketika dinyanyikan.
E. Tahap-tahap Pembelajaran Musikalisasi Puisi
1. Tahap Pembacaan Puisi
Pada tahap pembacaan puisi ini, siswa diajak membaca puisi secara keseluruhan dengan memperhatikan teknik baca puisi. Salah satu siswa diberi tugas membaca puisi dengan teknik yang sudah pernah diajarkan dengan memperhatikan nada, irama, rima, intonasi, serta artikulasi yang tepat. Dipilih puisi yang pendek serta relatif mudah memahami isi yang terkandung di dalamnya. Puisi yang bertemakan pahlawan sangat disenangi oleh anak-anak usia SD sampai SMP, ambillah contoh sajak “Karangan Bunga” karya Taufiq Ismail atau sajak “Pahlawan Tak Dikenal” karya Toto Sudharto Bachtiar. Pengamatan guru (pengamat) dipusatkan selain pada teknik pembacaan puisi juga pada sikap, minat, serta motivasi siswa dalam mendengarkan pembacaan puisi tersebut. Jika terdapat kegaduhan atau ketidakacuhan siswa berarti siswa tidak berminat terhadap teknik seperti ini, walaupun demikian kegiatan ini harus tetap dilangsungkan. Dalam memberikan motivasi terhadap siswa, seyogianya dihindarkan cara-cara pemaksaan dan tugas terlalu berat karena akan semakin menjauhkan siswa dari puisi.
2. Tahap membaca nada dan melodi
Kegiatan inti dari musikalisasi puisi adalah mengekspresikan puisi dengan menyanyikan bait-bait puisi yang diapresiasi. Disebutkan di depan bahwa kegiatan paling mudah dalam mengapresiasi puisi melalui metode musikalisasi puisi adalah mendengarkannya dari kaset rekaman, VCD, atau perangkat elektronik lainnya. Dewasa ini sangat mudah mencari rekaman grup Bimbo, Ebiet G Ade, atau grup-grup musik lain dengan mengambil dari internet (download), jika sulit menemukan rekaman dalam bentuk kaset. Namun demikian, akan lebih lengkap jika kepada siswa juga disajikan teks lagu (partitur musik) dari puisi yang diapresiasi. Dalam hal ini, (seandainya guru bahasa Indonesia tidak terampil membaca notasi musik), dapat melibatkan guru musik yang mempunyai kompetensi di dalam membaca nada/melodi lagu.
Tahap membaca nada/melodi ini seperti layaknya mengajarkan lagu dengan menggunakan notasi, baik notasi balok maupun notasi angka. Karena kepentingannya untuk menyanyikan lagu, lebih baik menggunakan notasi angka. Selain efisien, juga mudah mengajarkannya. Baris demi baris siswa diajak menyanyikan melodi dengan teknik solmisasi, hingga keseluruhan lagu. Pada tahap ini akan dijumpai perubahan sikap siswa, dan pengamat seyogianya mencatat setiap perubahan, perkembangan yang dialami siswa (apresian).
3. Tahap menyanyikan puisi
Jika melodi lagu sudah dikuasai, tahap berikutnya adalah menyanyikan puisi sesuai melodi. Kegiatan ini dilakukan dengan membagi dua kelompok. Kelompok satu menyanyikan melodi, sedangkan kelompok lainnya menyanyikan syairnya secara bergantian.
4. Tahap memaknai isi puisi
Menjelang akhir pembelajaran siswa diajak untuk mendengarkan (mengapresiasi) puisi yang sudah dinyanyikan dari kaset rekaman (Bimbo, Ebiet G Ade, buatan MGMP). Kemudian pengalaman apa yang diperoleh siswa setelah mendengarkan (atau bahkan melakukan sendiri) melodisasi puisi.
E. Kendala Yang Dihadapi
Setiap metode pembelajaran selalu dihadapkan pada masalah dalam penerapannya. Kendala yang dihadapi dalam metode pembelajaran melagukan puisi ini adalah tidak semua guru bisa membaca melodi. Jika demikian yang terjadi, guru bahasa perlu melibatkan guru seni musik yang ada untuk mengajarkan lagu, sedangkan segi pemaknaan adalah hak guru bahasa. Cara paling mudah adalah dengan mendengarkan kaset lagu-lagu yang berisi puisi-puisi, seperti : Bimbo dengan puisi Taufiq Ismail dan Wing Kardjo, Ebiet G Ade dengan puisi-puisinya, dan lain-lain.
Pada bagian akhir tulisan ini, penulis melampirkan teks/partitur berjudul Cintaku Jauh di Pulau, karya Chairil Anwar yang digubah kedalam bentuk lagu oleh FX. Soetopo. Semoga tulisan ini berguna dan bisa dicobakan di sekolah-sekolah.
F. Penutup
Untuk memperoleh hasil yang maksimal, metode pembelajaran melodisasi puisi ini perlu diujicobakan baik di tingkat SD, SLTP dan SMU, mulai tahap mengkhayal hingga pada tahap realistik. Metode ini memang memerlukan keterampilan khusus, terutama kepekaan terhadap nilai seni atau nilai estetika dari para guru bahasa pada umumnya dan bahasa Indonesia khususnya. Penulis juga menyadari, bahwa semua metode memang memerlukan waktu panjang untuk bisa diterapkan, apalagi metode pembelajaran melodisasi puisi ini masih baru dan jarang mendapatkan perhatian dari para guru bahasa mengingat tidak semua guru bahasa mempunyai minat dan perhatian kepada seni musik. Akhirnya, penulis berharap tulisan ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pembelajaran sastra yang selama ini baru mendapatkan porsi yang relatip sedikit.



( 6 )
DRAMA
DASAR-DASAR BERMAIN DRAMA
Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media percakapan(dialog), gerak dan tingkah laku. Naskah merupakan hal utama dalam bermain drama (modern) karena ia merupakan panduan bagi para pemeran (aktor) di atas pentas. Selain naskah, ada unsur-unsur lain yang sangat menentukan yaitu dekorasi (setting), musik, lighting, make up,kostum,nyanyian, tarian, dan unsur penunjang lainnya.
NASKAH
Naskah disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat dimana dimainkan naskah tersebut. Selain dialog, sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, tokoh dan plot atau rangka cerita.
Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan tokoh-tokohnya.
Tokoh
Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Disamping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang tokoh. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu:
Dimensi fisiologi (ciri-ciri badani) antara lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.
Dimensi sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan sebagainya.
Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.

Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot merupakan suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan dalam bentuk sinopsis.
Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.

LATIHAN DASAR
Dalam bermain drama ada yang disebut dengan akting. Akting adalah pelafalan dialog (yang tertulis di dalam naskah) disertai dengan gerak atau gesture. Seorang aktor dikatakan baik apabila ia sanggup membawakan dialog sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. Dialog itu bisa terdengar (volume baik), jelas (artikulasi baik), dimengerti (lafal benar), dan aktor bisa menghayati sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah. Seorang aktor yang baik akan mampu membawakan dialog tersebut dengan gerak yang pas (tidak berlebihan atau dibuat-buat). Ia bergerak dengan leluasa (blocking baik) tidak ragu ragu ( meyakinkan), dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan), dan juga bisa menghayati sesuai dengan tuntutan peran yang ditentukan dalam naskah.
BLOCKING
Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan aktor pada saat di atas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan. Kesemuanya itu mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah dan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting
Bocking harus dimengerti (wajar). Apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
Blocking harus memiliki motivasi yang jelas berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah.
Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai "Komposisi Pentas".
Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.
Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.
Memiliki titik pusat
Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian.
Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.

MEDITASI
Secara umum arti meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi:
Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.
Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.
Cara meditasi:
Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.
Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.
Catatan:
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.

KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.
Cara konsentrasi:
Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi.
Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater.
Catatan:
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.

PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan:
Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung. Di kalangan orang orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/akting sang aktor, karena bahu menjadi kaku.
Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan akting, tetapi mengutamakan vokal.
Pernapasan diafragma
Diafragma adalah bagian tubuh kita yang terletak diantara rongga dada dan perut. Sedangkan yang dimaksud dengan Pernapasan diafragma adalah ketika sang aktor itu mengambil udara sebanyak-banyaknya kemudian disimpan di diafragma dan rasakan bahwa diafragma itu benar-benar mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang.
Menurut perkembangan akhir akhir ini, banyak orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Latihan latihan pernapasan:
Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali.
Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.
Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
*Catatan: Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, disarankan agar janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.

VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula. "Baik" di sini diartikan sebagai berikut:
- dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang),
- jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
- tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan, dan
- tidak monoton.
Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan latihan vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain:
1. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah…" dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali.
2. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…" (suara keluar lewat hidung).
3. Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss……."
4. Hirup udara banyak banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa……." sampai batas napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah.
5. Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun (dalam satu tarikan napas)
6. Keluarkan vokal "a…..a……" secara terputus-putus.
7. Keluarkan suara vokal "a i u e o", "ai ao au ae ", "oa oi oe ou", "iao iau iae aie aio aiu oui oua uei uia ......" dan sebagainya.
8. Berteriaklah sekuat kuatnya sampai ke tingkat histeris.
9. Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung gulung, berlari, berputar putar dan berbagai variasi lainnnya.

*Catatan:
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati karunia Tuhan.

ARTIKULASI
Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata kata yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu:
Cacat artikulasi alam: cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya "r", dan sebagainya.
Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.
Misalnya:
Kehormatan menjadi kormatan,
menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.
Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya. Sedangkan artikulasi menjadi tak tentu: hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.
Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan:
Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb
Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.

GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!" dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?" , "Kenapa ?" atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog.
Gestikulasi harus dilakukan, sebab kata kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan. Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang berbeda. Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata. Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan), "Pergi…." (mendapat tekanan).

INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu:
Tekanan Dinamik (keras lemah)
Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil ini" Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda. Misal:
SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)
Tekanan Nada (tinggi)
Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata.
Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan tempo yang berbeda beda. Lambat atau cepat silih berganti.

WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba merubah rubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya.
Selain mengenai dasar dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian tersendiri. Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar dasar vokal seperti di atas.
(Kang Dul masuk tergopoh gopoh)
Kang Dul: Aduh Mas….e…..e…..itu, Mas…. Anu…. Mas….a….a….ada mahasiswa bawa mobil, pakaiannya bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang kota, Mas.
Bambang: Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan saja orang-orangmu untuk mengusirnya ?
Pak Slamet: (kepada Bambang) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Bambang).
Bambang: Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.
Pak Slamet: (membentak sambil mendorong) Diam Kamu !
(kepada Kang Dul) Di mana dia sekarang ?
Kang Dul: Di sana Pak, nongkrong di kantin sambil main leptop.

OLAH TUBUH
Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.
Pelaksanaan olah tubuh:
Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yang kita punyai. Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.
Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan. Ingat kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.
Putar kepala pelan pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari muka. kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan berkali kali. Ingat, pelan pelan dan rasakan !
Putar bahu ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.
Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula sebaliknya.
Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan keseluruhan. Lakukan berkali kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru bersama sama.
Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.
Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari lari di tempat dan meloncat loncat.
Macam Macam Gerak:
Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam macam gerak Latihan latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater.
Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.
Gerak non teaterikal
Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari hari. Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam macam, secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.
Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dan sebagainya.
Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu:
Business, adalah gerak gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya:
- sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak gerakkan tangan atau kaki mengikuti irama musik.
- sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar.
Gestures, adalah gerak gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.
Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung gulung, melompat, dsb.
Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.
Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benar-benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan "gerak-gerak dasar". Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu:
- Gerak dasar bawah: posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.
- Gerak dasar tengah: posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
- Gerak dasar atas: di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.

Latihan-latihan gerak yang lain:
Latihan cermin.
Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian.
Latihan gerak dan tatap mata
Sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap, seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti.
Latihan melenturkan tubuh
Seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan lengan / tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.
Latihan gerak bersama
Suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.
Latihan gerak mengalir
Suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran. Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan ( menggerakkan tangan atau tubuh ) dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan dengan memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang artistik.

GERAK DAN VOKAL
Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita mencoba untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok, bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali bagi kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak berpengaruh pada vokal.

PENGGUNAAN PANCAINDERA
Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera kita dengan baik agar dapat memainkan suatu peran dengan baik pula.
Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain:
Mata
Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut. Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.
Telinga
Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan.
Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.

Hidung
Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb.
Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar bagaimana baunya.
Kulit
Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.
Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.
Lidah
Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir, dan sebagainya.
Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang pensil, tangan yang berkeringat,dsb.

KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya:
Tokoh (A) … jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut)
Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut:
Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak kecil, pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar disini adalah cirri-ciri khas)
Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.

OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.

ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya.
Cara-cara melatihnya antara lain:
Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.
IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.
Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan roh suci. Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa roh suci benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah dialog, sebagai berikut: "Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan". Yang dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam pentas.
Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan, termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut:
Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.
Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb.
EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.

PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah:
Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.

KOMPOSISI PENTAS
Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti tersendiri.
Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan penempatannya. Bagian depan lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu dibuat-buat.
Arti Definisi / Pengertian Drama Dan Jenis / Macam Drama - Pelajaran Bahasa Indonesia
Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon.
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1. Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
ARTI DRAMA
Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai" yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak .Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama. Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.
ARTI TEATER
Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak
Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.
AKTING YANG BAIK
Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.
Dialog yang baik ialah dialog yang :
terdengar (volume baik) ,jelas (artikulasi baik) , dimengerti (lafal benar) , menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Gerak yang balk ialah gerak yang : terlihat (blocking baik) , jelas (tidak ragu ragu, meyakinkan) . dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan). menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Penjelasan :
• Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh
• Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.
• Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani bukan ber ani.
• Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah
• Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.

Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut :
• Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
• Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.
Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur balance, komposisinya:
• Bagian kanan lebih berat daripada kiri
• Bagian depan lebih berat daripada belakang
• Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah
• Yang lebar lebih berat daripada yang sempit
• Yang terang lebih berat daripada yang gelap
• Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi

Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung
1. Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting
2. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
3. Menghayati berarti gerak gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
1. DRAMA
Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama
Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.
Drama (Yunani Kuno δρᾶμα) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.
2. TEATER
Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas, teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Teater bisa juga diartikan sebagai drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.
Teater (Bahasa Inggris “theater” atau “theatre”, Bahasa Perancis “théâtre” berasal dari Bahasa Yunani “theatron”, θέατρον, yang berarti “tempat untuk menonton”) adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain. Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Univesitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama, mendefinisikan teater sebagai ” yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain.” Teater bisa juga berbentuk: opera, ballet, mime, kabuki, pertunjukan boneka, tari India klasik, Kunqu, mummers play, improvisasi performance serta pantomim.
3. AKTING YANG BAIK
Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.
Dialog yang baik ialah dialog yang :
1. terdengar (volume baik)
2. jelas (artikulasi baik)
3. dimengerti (lafal benar)
4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
5. Gerak yang balk ialah gerak yang :
6. terlihat (blocking baik)
7. jelas (tidak ragu ragu, meyakinkan)
8. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
9. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Penjelasan :
1. Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh.
2. Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.
3. Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti “tidak takut” harus diucapkan berani bukan ber ani.
4. Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah.
5. Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.
6. Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut
a. Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
b. Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.
c. Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur balance, komposisinya:
Bagian• kanan lebih berat daripada kiri
Bagian depan lebih berat daripada• belakang
Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah•
Yang• lebar lebih berat daripada yang sempit
Yang terang lebih berat• daripada yang gelap
Menghadap lebih berat daripada yang• membelakangi
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung; Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb. Menghayati berarti gerak gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Permisi...,
Pak, APA maksud bapak mengadakan merangkum online? Memonopoli waktu dan tenaga agar Bapak tak perlu lelah menjelaskan materi? Atau menyiksa siswa yang sulit mengakses internet, sehingga mereka harus menghabiskan uang banyak untuk ke warnet, untuk MENGERJAKAN RANGKUMAN?

Apa Bapak tak tau, masih BANYAK murid yang masih sulit akses internet, apalagi di musim hujan ketika cuaca tak selalu cerah, dengan arti mereka takkan selalu bisa ke warnet jika hujan deras. Saya tak heran, bagaimana Bapak tak pernah berpikir tentang itu, karena saya pikir Bapak memang tak punya hati dan pikiran.

Jadi Pak, SAYA MENOLAK KERAS pada usaha bapak merangkum online, saya benar-benar menganggap itu tak adil. Tak semua anak bisa akses internet dengan mudah, kenapa Bapak malah menyusahkan mereka? Entah apa tujuan yang Bapak maksud dengan merangkum online ini, saya tak mengerti. Apa mungkin mempermudah kami, tidak juga. Kami harus menatap lembaran-lembara blog Bapak di depan komputer, membuat mata kami lelah dan jenuh, dan itu sama sekali merepotkan. Atau, taukah Bapak, beberapa anak lebih memilih mencetak isi blog, dan biayanya samasekali tidak murah. Saya jauh lebih senang diajar istri Bapak yang baik hati dan tidak menyusahkan kami.

Pak, saya benar-benar tidak melihat sisi positif dari merangkum online ini--setidaknya bagi kami. Mungkin banyak manfaat untuk diri bapak sendiri, termasuk menghemat tenaga Bapak untuk menjelaskan materi dan tidak perlu melakukan apapun selain mengetik di blog. Tapi sisi positif bagi kami, para murid? Saya pikir Bapak bukan seorang muslim, atau setidaknya BUKAN manusia YANG BERADAB, karena saya yakin seorang muslim atau manusia yang beradab selalu melakukan sesuatu yang banyak manfaat dan sedikit kerugian, sungguh bertolak-belakang dengan pribadi biadab Bapak.

Maaf saja Pak, saya harap Bapak tak lagi menyusahkan kami dengan merangkum online. Untuk catatan, saya prihatin terhadap 9. 2 karena memiliki wali kelas seperti Bapak.


TERIMAKASIH
ini hanya sekadar kritik; saya hanya tak ingin Bapak bertindak seenak udel Bapak.

Unknown mengatakan...

postingan sudah bagus dan lengkap, tetapi lebih baik di buat sedikit ringkas dan ada celah kalimat supaya pembaa tidak jenuh dalam membaca tulisan yang membuat mata lelah

Unknown mengatakan...

sekedar kritikan aja :), semoga bermanfaat

daineraczynski mengatakan...

Casino Tycoon (NV) - Mapyro
Casino Tycoon is 김포 출장안마 a fun, 대전광역 출장안마 colorful, and fun place to play a range of casino 강원도 출장샵 games 목포 출장안마 including Slots, Blackjack, Roulette, Poker and 인천광역 출장마사지 Slots.

Posting Komentar